Sukses

Khawatir Kebijakan Trump, Saham Apple Terus Anjlok?

Para investor khawatir dengan kebijakan yang akan diambil Trump berkaitan dengan deregulasi dan pengeluaran untuk infrastruktur.

Liputan6.com, Jakarta - Saham Apple dikabarkan terus mengalami penurunan. Hal ini terjadi setelah adanya pemberitahuan bahwa penjualan iPhone mungkin saja menurun, jika presiden AS terpilih Donald Trump melaksanakan janji kampanye untuk menaikkan tarif baru dari Tiongkok.

Sebelumnya, Apple berada dalam deretan perusahaan teknologi raksasa AS yang sahamnya dikabarkan turun lantaran investor mengalihkan dananya ke bisnis lainnya, hanya dalam beberapa waktu setelah Donald Trump terpilih menjadi presiden AS.

Saat itu, para investor khawatir dengan kebijakan yang akan diambil Trump berkaitan dengan deregulasi dan pengeluaran untuk infrastruktur. 

Mengutip laporan Reuters, Selasa (15/11/2016), saham perusahaan yang bermarkas di Cupertino itu turun hingga 2,5 persen pada Senin. Bahkan, hal tersebut membuat Apple merugi hingga 5 persen sejak pemilu berlangsung.

Sebelumnya, pada Minggu (13/11/2016) waktu Tiongkok, media setempat Global Times melaporkan, Trump pernah berjanji mengenakan tarif 45 persen untuk semua produk yang diimpor dari Tiongkok. Global Times menuliskan, jika langkah tersebut benar-benar diambil oleh Trump saat ia menjabat, hal itu akan jadi kesalahan besar.

"Penjualan iPhone di Tiongkok bakal mengalami kemunduran. Selain itu, impor kedelai dan jagung AS juga akan dihentikan," tulis pemberitahuan tersebut.

Sebagai informasi, Tiongkok dikabarkan sudah menjadi kekecewaan tersendiri bagi Apple, sebab dinilai gagal memberikan pertumbuhan bagi perusahaan. Padahal, perusahaan berharap mampu meningkatkan penjualan iPhone baik di Amerika Serikat maupun di pasar negara lainnya.

Diberitakan, pendapatan Apple dari Tiongkok menurun hingga 30 persen pada September. Penurunan ini jauh lebih buruk dibandingkan dengan penurunan pendapatan Apple di Amerika Serikat yakni 7 persen.

Analis Rosenblatt Securities Jun Zhang menyebutkan, sebagai negara dengan jumlah penduduk besar, Tiongkok jadi salah satu negara yang berpotensi bagi penjualan Apple. Meski begitu, angka penjualan itu bisa saja jatuh lantaran konflik ekonomi yang melibatkan kedua negara.

Manajer Portofolio Senior Synovus Trust Daniel Morgan yang merupakan pemilik saham Apple dengan nilai US$ 33 miliar mengingatkan, tak perlu berlebihan dalam membaca janji kampanye Trump yang dianggap mengancam Tiongkok.

"Kamu tak akan lompat dan mengubah kesepakatan perdagangan begitu saja," tutur Morgan. 

(Tin/Why)