Liputan6.com, Florida - Siapa sangka untuk bisa memiliki nilai valuasi tertinggi, sebuah startup harus memiliki produk yang diluncurkan untuk publik. Nyatanya, startup bernama Magic Leap telah berhasil mencapai nilai valuasi sekitar US$ 4,5 miliar atau Rp 60,81 triliun.
Uniknya pula, startup ini dapat dikatakan bergerak secara rahasia. Pendiri dan CEO-nya, Rony Abovitz, menyebut sejak didirikan pada 2011, hanya segelintir orang yang diberi kesempatan untuk melihat sedikit teknologi dalam perusahaan tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Namun menilik investor Magic Leap, sebenarnya perusahaan ini tak bisa dipandang sebelah mata. Hampir semua perusahaan investor teknologi ikut mendanai jalannya Magic Leap, termasuk Andreessen Horowitz, Kleiner Perkins, Google, JPMorgan, Fidelity dan Alibaba.
Bahkan sejumlah nama yang tak umum seperti Warner Bros. dan Legendary Entertainment turut melakukan investasi di Magic Leap. Perusahaan yang berbasis di Florida ini disebut-sebut telah mendapat pendanaan seri C terbesar sepanjang sejarah.
Magic Leap sendiri sebenarnya bergerak di bidang pengembangan hologram, laser, dan mesin yang sebenarnya tak dapat dikomersialisasi. Karenanya, perusahaan ini tak pernah merilis produk, termasuk melakukan demo dari teknologi yang diusungnya.
Akan tetapi, setelah sempat bergerak 'di bawah tanah' kurang lebih lima tahun, Abovitz akhirnya mengungkapkan Magic Leap berencana untuk membuat produk untuk kebutuhan konsumen. Ia menuturkan telah menghabiskan miliaran dollar untuk menyempurnakan lini produksi dari teknologinya tersebut.
Tak banyak yang diungkap Abovitz terkait produk yang sedang dikembangkannya tersebut. Ia hanya menuturkan saat ini tengah mengembangkan sebuah jenis komputer terbaru yang berbeda dari saat ini.
Mixed-reality
Dikutip dari Forbes, Minggu (27/11/2016), Magic Leap akan memperkenalkan bidang baru yang disebut mixed-reality. Teknologi ini sedikit berbeda dari virtual reality atau augmented reality yang mulai tren dalam beberapa bulan terakhir.
Seperti diketahui, virtual reality memungkinkan seseorang pergi ke tempat lain dengan menampilkan suasana tempat tersebut melalui headset. Sementara, augmented reality mampu menampilkan gambar di dunia nyata memanfaatkan pemetaan kondisi di sekitarnya.
Namun Mixed reality membuat penggunanya melihat sebuah objek animasi yang seolah-olah berada di dunia nyata. Hasilnya, teknologi ini memungkinkan objek digital untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan nyata termasuk objek di dalamnya.
Sebagai contoh, ketika pengguna memakai hardware mixed-reality, ia tak sekadar dapat melihat objek digital yang ditampilkan di dunia nyata. Tetapi lebih dari itu, objek tersebut dapat berhubungan dengan benda-benda di dunia nyata, semisal kursi atau lampu.
Hal lain yang menjadi keunggulan teknologi ini adalah tidak adanya batasan perangkat yang bisa digunakan. Teknologi ini didesain untuk dapat ditautkan dengan objek yang nyata maupun maya.
Lantas bagaimana cara Magic Leap memanfaatkan teknologinya tersebut. Inti dari teknologi adalah penggunaan perangkat head-mounted display oleh pengguna. Namun, pada akhirnya teknologi ini dapat disematkan pada kacamata.Â
Teknologi ini juga dipastikan tak akan menghalangi pandangan pengguna dari dunia nyata. Perangkat ini akan memproyeksikan gambar langsung ke retina melalui sistem optik yang dibangun dari kaca semi-transparan.
Cara itu membuat mata bekerja sama ketika mengamati dunia nyata, dan tak memaksa pengguna menatap layar. Di sisi lain, hardware juga terus melakukan pemindaian ruang, mendengarkan suara-suara, melacak gerakan mata, dan memerhatikan pergerakan tangan.
Namun sampai saat ini belum dapat dipastikan kapan perangkat ini dapat mulai diuji coba publik atau dipasarkan. Hanya menurut perhitungan setidaknya membutuhkan waktu 18 bulan sebelum akhirnya perangkat ini dapat diproduksi secara massal.
(Dam/Cas)