Liputan6.com, Jakarta Bila Telkomsel belum bisa menonaktifkan jaringan 2G setidaknya hingga 2021, operator Tri justru memperkirakan akan mematikan 2G pada akhir 2018. Wakil Presiden Direktur PT Hutchison 3 Indonesia (Tri) M Danny Buldansyah memastikan pihaknya bakal mematikan jaringan 2G.
"Nomor satu karena pengguna 2G only itu makin lama makin habis. Sementara dari segi biaya, teknologinya paling mahal. Tiap dipakai untuk layanan data atau panggilan, itu mahal sekali. Makanya 2G (akan) dimatikan dan frekuensinya dipakai untuk 3G dan 4G," kata Danny saat ditemui usai acara Energizing Economy Digital yang diadakan IndoTelko di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Danny mengungkapkan, di negara-negara lain di dunia, operator seluler sudah mematikan jaringan 2G. Hong Kong misalnya, sudah tidak ada lagi jaringan 2G. Meski begitu, ia tak memungkiri bahwa masih ada pelanggan Tri yang memakai jaringan 2G.
Advertisement
"Pengguna yang ponselnya hanya berjaringan 2G only dan tidak bisa 3G itu masih ada, tetapi hanya sekitar 15-20 persen dari keseluruhan pelanggan Tri. Kecil banget," ucap Danny.
Menurutnya, dari 15-20 pelanggan Tri, tiap bulannya meng-upgrade perangkat seluler mereka ke smartphone yang didukung jaringan 3G dan 4G. Hal ini lantaran harga perangkat 3G dan 4G yang makin murah.
Baca Juga
Ia menjelaskan, jika jumlah pelanggan yang memakai jaringan 2G makin sedikit, pengeluaran untuk BTS khusus pun mahal.
"Jadi, kami bertahap akan matikan, lihatnya dari kota-kota mana yang paling sedikit menggunakan 2G, itu akan dimatikan," tambah Danny.
Dengan mematikan jaringan 2G secara bertahap, ia pun memprediksi bahwa operator Tri tak akan memiliki layanan 2G pada akhir 2018 atau paling lambat 2019.
"Jadi ini penyebabnya natural ya, karena jumlah pengguna yang memakai 2G only device yang makin sedikit," tuturnya.
Meski mengamini rencana pemerintah untuk mematikan layanan 2G, lanjut Danny, di industri telekomunikasi jaringan 2G bakal tetap ada hingga 2020. Penyebabnya karena ada operator yang punya pelanggan 2G yang membuat operator tersebut tak mungkin serta merta mematikan jaringan 2G.
"Saya pikir visible 2020, kalau 2G tiba-tiba dimatikan, nanti pelanggannya bisa marah-marah," tutur Danny.
Danny mengatakan, dengan mematikan jaringan 2G, Tri bisa melakukan efisiensi biaya. Ia mencontohkan, kalau Tri memiliki BTS 2G dan 3G dengan harga yang sama.
"BTS 2G bisa mengalirkan telepon dan data. Kalau 2G pakai GPRS kecepatannya hanya 200-250 Kbps, nah kalau BTS 3G kecepatannya bisa sampai 14,4 Mbps. Kemungkinan kalau panggilan suara 2G terbatas 100 calls berbarengan. Sedangkan kalau 3G bisa 300 calls berbarengan. Artinya satu BTS 3G bisa dipakai untuk menggantikan tiga BTS 2G atau bahkan lebih, jadi lebih murah 3G apalagi 4G," ujar Danny menjelaskan.
(Tin/Isk)