Liputan6.com, Bandung - Aneka keterlibatan di sejumlah aliansi internasional, membuat pengembang gim pionir asal Bandung, Nightspade, kian intens di proyek global.
Garibaldy W. Mukti, CEO Nightspade, mengatakan, pihaknya terutama dalam semester terakhir tahun ini banyak menggarap proyek global yang bersifat outsourcing dari pengembang luar negeri.
"Sebetulnya sejak akhir 2015 kami fokus menjadi game developement outsourcing company. Kami ingin jadi nomor satu dalam bisnis tersebut khususnya di Asia Tenggara," katanya kepada Tekno Liputan6.com di sela-sela perkenalan prototipe Germania di Goethe-Institut Bandung, Jl Riau, Selasa (14/12/2016) sore.
Advertisement
Menurut dia, selain mengerjakan proyek yang dibiayai Pemerintah Jerman tersebut, pihaknya pertengahan tahun ini sudah berhasil menyelesaikan pesanan outsource dari Belanda. Kemudian, ia juga sudah menerima pesanan dari sebuah game publisher yang berbasis di London, Inggris.
Baca Juga
"Jadi, sekarang kami sedang jalan dua kerjaan global, yang Jerman dan Inggris ini. Dengan pengalaman kami menggeluti bisnis gim selama ini, klien terbanyak sekarang justru dari luar negeri, membuat gim sendiri sudah tidak," ujarnya.
Pengembang gim yang bermarkas di Cigadung, Bandung ini pertama kali dikenal pada 2009-an lalu dengan gim buatannya sendiri bernama Stack The Stuff. Gim ini telah diunduh hingga 250.000 di toko aplikasi Apps Store dengan mayoritas pengguna malah berasal dari Amerika Serikat, Eropa, dan Australia.Â
Setelah resmi menjadi usaha profesional pada 2011, mereka banyak merilis gim sendiri lainnya, seperti Mad Warrior, Don Gravity, Taby The Little Mouse, Air Heroes, Nuclear Outrun, dan Animal Pirates. Sejak 2013, aliansi membuat gim bersama atau pesanan klien luar dimulai dengan produsen permen global, Chupa Chups.Â
Kala itu, dengan skema kerja sama promosi, advert game buatan mereka khusus iPhone yakni Give A Dam diunduh sedikitnya 5.000 kali dengan tarif 9,99 dollar pada saat itu. Mereka juga pernah menjalin kerja sama dengan Migg33, pemain besar di ranah aplikasi asal Singapura yang hendak memperkokoh pasar utamanya di Asia Tenggara dan Timur Tengah.
"Jaringan gim global itu banyak mencari talent dari Asia. Maka dengan berbagai pengalaman tadi, ya sudah sekalian kami fokuskan pasar kami pasar outsourcing tadi. Kami tak menggarap lagi produk pribadi, Nightspade kini menjadi outsourcing company," katanya.
Sekalipun demikian, Gary, panggilannya, tak bisa menyebutkan nama mitra apalagi nominal kontrak yang diterimanya dalam berbagai aliansi itu karena terikat aturan non-disclosure agreement (NDA).Â
Adapun kiprah Nighstspade sempat diapresiasi pengembang gim asal Jerman, Moritz Lehr dari Kunst-stoff Studio, yang menjadi mitra di proyek Goethe Institut tersebut. Menurutnya, ada banyak kapital sosial dari Nightspade untuk terus berkembang.
"Setelah beberapa hari di Indonesia, saya melihat mereka antusias, senang bekerja sama, dan sangat terbuka berbagai masukan. Spirit kerja sama dan antusiasme ini menjadi modal berharga untuk bisa cepat mengejar ketertinggalan dari pengembang luar," katanya.
Kala itu ia juga menyarankan berbagai elemen di Indonesia, khususnya pemerintah, kian memperbanyak jejaring ke luar negeri sehingga elaborasi bisa dilakukan ke banyak negara maju selain Jerman.
(Msu/Why)