Sukses

GDILab Dorong Usaha Naik Kelas dengan Social Media Analytics

Simak perbincangan kami dengan Billy Boen, CEO GDILab, salah satu analytic firm asli Indonesia mengenai social media analytics.

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran media sosial saat ini bukan sekadar untuk berjejaring dan menjalin pertemanan saja. Media sosial sudah banyak dimanfaatkan perusahaan untuk berbagai keperluan, semisal pemasaran dan layanan pelanggan.

Contoh konkret misalnya, semua operator telekomunikasi di Indonesia saat ini punya akun Twitter layanan pelanggan untuk menangani keluhan pelanggan.

Itu baru satu contoh. Selain itu, masih ada manfaat dari media sosial yang dapat dioptimalkan oleh perusahaan. Namun sayang, manfaat ini tidak, atau lebih tepatnya belum, diketahui oleh semua perusahaan.

Manfaat yang dimaksud adalah menganalisis informasi yang terdapat di media sosial. Informasi itu dipilah dan dipilih menjadi data karena tidak semua informasi adalah data, tetapi setiap data pasti merupakan informasi.

Nah, untuk melakukan hal ini, tentu diperlukan sebuah tool atau platform khusus. Di luar negeri, platfform semacam ini sudah jamak ditemui, tetapi di Indonesia bisa dibilang belum terlalu banyak.

Belum lama ini, Tekno Liputan6.com berbincang-bincang dengan Billy Boen, CEO GDILab, salah satu analytic firm asli Indonesia yang berdiri sejak akhir 2013 lalu.

Billy Boen tentu bukanlah sosok asing. Bukunya yang berjudul "Young on Top" dicetak ulang berkali-kali dan meraih predikat best seller. Simak perbincangan kami seputar social media analytics berikut ini.

1. Apakah tepat untuk mengatakan bahwa mesin analytics milik GDILab adalah karya anak bangsa?

Tepat. Seratus persen engine GDILab dibangun dan dikembangkan oleh programmers warga negara Indonesia.

2. Berapa lama proses pembuatannya dan apa tantangan yang dihadapi selama itu?

Teknologi yang kami namakan LEAP Technology (Listen - Engage - Analyze - Predict) ini dibangun sejak Desember 2013. Pada pertengahan 2014 kami meluncurkan produk ritel yang dapat digunakan siapa saja, kapan saja, dan dari mana saja dalam bentuk dashboard yang lebih dikenal sebagai Software as a Service (SaaS).

Tujuannya agar seluruh UMKM di Indonesia bisa lebih memaksimalkan akun media sosial mereka untuk memahami pasar (research) dan meningkatkan penjualan (lebih engage dengan followers). 

3. Kira-kira, berapa banyak perusahaan di Indonesia yang sudah memanfaatkan data yang diperoleh dari social media analytics?

Di Amerika sudah banyak perusahaan yang memahami bahwa ada begitu banyak data yang bisa diambil dan dianalisis, sehingga dapat membantu pengambilan keputusan lebih akurat. Di Indonesia, baru perusahaan-perusahaan besar saja yang sudah sadar akan hal ini.

4. Bagaimana strategi GDILab sebagai analytics firm untuk mengajak perusahaan-perusahaan menggunakan jasa GDI?

Dengan cara mengedukasi pasar. Kami memang bukan perusahaan social media analytics pertama di Indonesia, tetapi kami adalah perusahaan social media analytics pertama di Indonesia yang cukup "gila" membuat dashboard (SaaS) dan bersaing dengan produk-produk dashboard dari luar negeri.

Saat ini, yang menggunakan dashboard analytics kebanyakan hanya digital agency. Sesuai dengan purpose kami menciptakan GDIAnalytics (analytics.gdilab.com) untuk UMKM, kami menggelar social media analytics training gratis dua kali setiap bulan sejak pertengahan 2016. Kami berharap, bukan hanya perusahaan-perusahaan besar saja yang memahami pentingnya sosial media, tetapi juga UMKM yang punya kesempatan sama untuk bisa bersaing dan 'naik kelas' menjadi perusahaan lebih besar.

5. Di segmen manakah perusahaan yang menjadi target GDILab?

Pada awal berdiri di Desember 2013, target kami adalah melayani korporasi dan brand besar yang memang sudah sadar pentingnya data. Data tersebut mereka gunakan mulai dari pengembangan produk mereka, analisis bisnis dan marketing mereka, hingga mengukur percakapan dan kepuasan pelanggan mereka. Produk yang kami berikan dalam bentuk report setiap minggu dan bulan.

Tahun 2015 dan 2016 kami fokus ke industri kreatif dan UKM karena kami sadar mereka belum teredukasi dengan baik mengenai pentingnya memonitor dan menganalisis akun media sosial mereka. Itu sebabnya kami tawarkan dashboard yang dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan dari mana saja dengan harga jauh lebih terjangkau dibandingkan produk-produk dashboard (SaaS) dari luar negeri.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

6. Kalau dibandingkan dengan analytics firm lain, baik lokal maupun luar negeri, apa fitur unggulan GDILab?

Instruksi yang diberikan oleh Board of Directors ketika kami membangun GDIAnalytics ini ada dua (2): secara fitur harus melebihi dashboards yang sudah ada (produk luar negeri) dan harganya harus jauh di bawah harga dashboards tersebut.

Salah satu contohnya, untuk masalah storage, secara umum kami tidak melakukan pembatasan jumlah posts yg kami pantau dan hasil data tersebut kami simpan selama dua belas (12) bulan bahkan setelah project selesai.

Dengan penarikan data tanpa limit tersebut, harga kami jauh lebih ekonomis. Selain itu, kelebihan produk kami adalah LEAP Technology dapat membaca dan memahami Bahasa Indonesia. 

7. Berdasarkan proyek-proyek yang pernah digarap, apa sih yang paling banyak dicari atau diharapkan oleh perusahaan, ketika mereka menggunakan jasa analytics firm?

Yang paling mereka inginkan adalah data tersebut dapat bermanfaat secara langsung bagi bisnis mereka. Kebanyakan jasa analytics firm hanya menampilkan angka. Masalahnya, bagi pelaku bisnis that's just numbers, padahal mereka perlu mengetahui apa yang mereka harus lakukan dan bisa lakukan dari angka-angka tersebut.

Kapan dan bagaimana mereka dipercakapkan di media sosial, juga menjadi poin yang diharapkan untuk mereka ketahui, selain apa-apa saja tanggapan publik (image) terhadap perusahaan dan brand mereka. 

8. Seberapa tinggi akurasi data yang diberikan GDILab?

Harus disadari bahwa akurasi sosial media analytics tidak akan pernah mencapai seratus persen. Bagaimanapun, teknologi yang dibangun oleh pihak luar tidak akan pernah "diizinkan" untuk mencapai tingkat akurasi maksimal oleh pemilik platform media sosial tersebut (Twitter, Facebook, Instagram, dll) karena tidak seluruh API (Application Program Interface) dibuka oleh pemilik platform kepada para developer. 

9. Untuk mengembangkan dan menyempurnakan mesin milik GDILab, langkah apa saja yang sudah, sedang, dan akan ditempuh?

Mempertajam akurasi dan mempercepat proses adalah dua hal yang menjadi prioritas kami, selain mengembangkan beberapa produk yang sudah ada di product pipeline kami yang belum dapat kami sampaikan sekarang. Targetnya, dua produk akan kami luncurkan pada 2017; satu untuk usaha mikro dan satu untuk para pegiat SDM (Human Resources). 

10. Saat ini pemerintah sedang mendorong UKM untuk Go Online, juga ada program 1.000 Startup Digital yang kelak menghasilkan perusahaan rintisan baru (startup) yang perlu dukungan. Adakah penawaran khusus bagi mereka?

Ada. Produk yang akan kami luncurkan pada Q1 2017 bisa digunakan oleh usaha-usaha mikro dan startup. Selain dengan harga sangat murah, mereka akan kami ajari bagaimana mengelola akun media sosial mereka sehingga penjualan mereka dapat meningkat. 

11. Bagaimana GDILab memandang perkembangan data mining, data science, dan data analytics di Indonesia sejauh ini?

Saat ini masih minim. Hanya perusahaan besar yang sadar akan hal ini. Meski demikian, perusahaan-perusahaan besar yang sudah sadar akan hal ini pun masih 'belum' menghargai data sebagaimana mestinya. Belum semuanya sadar akan pentingnya data driven decision making process. 

12. Ada hal lain yang ingin disampaikan?

GDILab percaya bahwa media sosial, yang menyumbangkan 80 persen data yang ada di seluruh dunia, seharusnya digunakan secara maksimal oleh semua pelaku usaha, baik usaha mikro, kecil, menengah, maupun besar.

Harapan kami, dengan memaksimalkan akun media sosial yang mereka punya, usaha mikro bisa naik kelas menjadi usaha kecil, begitu juga usaha kecil menjadi usaha menengah, dan usaha menengah menjadi usaha besar.

(Why/Isk)

Video Terkini