Liputan6.com, Jakarta - Tersangka penembak duta besar Rusia untuk Turki memang telah ditembak mati oleh pasukan khusus Turki sesaat setelah melakukan aksinya. Meski begitu, penyelidikan masih terus berlangsung. Bahkan, baru-baru ini pemerintah Rusia meminta kepada Apple untuk membuka sandi iPhone milik tersangka.
Seperti Tekno Liputan6.com kutip dari Tech Crunch, Senin (26/12/2016), pelaku bernama Mevlut Altintas itu memiliki sebuah iPhone 4s.
Adapun iPhone 4s milik tersangka terkunci dan hanya dapat dibuka dengan memasukkan sandi berupa empat digit angka yang seharusnya bisa dibuka dengan mudah. Cukup banyak solusi untuk membuka sandi tersebut, tanpa harus meminta kepada Apple.
Advertisement
Baca Juga
Secara teori, jika dibandingkan dengan iPhone terkini, iPhone 4s merupakan perangkat yang cukup tua dan tentu saja, enkripsinya tak seketat iPhone terbaru.
Diketahui, iPhone 4s mendukung iOS 5 hingga iOS 9, meski begitu tak semua pengguna memperbarui OS-nya menjadi iOS terbaru. Nah, jika perangkat tersebut menjalankan iOS 7 atau yang lebih rendah, membuka kunci dan mendapatkan data di dalamnya adalah hal yang cukup mudah karena Apple baru memulai enkripsi data pada iOS 8.
Hal lainnya, jika iPhone menjalankan iOS 8, iPhone 4s tak memiliki Secure Enclave dan sensor Touch ID. Secure Enclave merupakan sebuah coprocesor yang melakukan proses booting aman untuk memastikan ponsel tetap dalam kondisi aman. Secure Enclave memiliki ID unik yang tak mudah diakses oleh Apple atau pihak manapun.
Secure Eclave baru ada pada iPhone 5s dan seterusnya. Sehingga, tanpa adanya Secure Enclave, siapapun bisa mencoba membuka sandi dengan menebaknya. Dengan iOS 8.1.2 dan seterusnya, Apple memperbaiki kerentanan tersebut, sehingga perangkat seperti IP-Box tak lagi bisa memasukkan sandi.
Meski begitu, sejumlah perusahaan mengaku bisa menjebol sandi keamanan tersebut, seperti pada kasus iPhone milik pelaku penembakan di San Bernardino.
Dengan tidak hadirnya fitur Secure Enclave pada iPhone 4s, kecil kemungkinan Apple akan terlibat dalam investigasi ini. Bahkan kabarnya, pihak berwenang Rusia telah mampu membuka sandi tersebut. Hingga saat ini, perusahaan yang berbasis di Cupertino, California, Amerika Serikat ini belum memberikan tanggapan apapun.
(Tin/Ysl)