Sukses

Negara Ini Punya Tarif Layanan Data Termahal di Dunia

Di Indonesia, rata-rata masyarakat menghabiskan sekitar 50 ribu per bulan untuk membeli kuota data.

Liputan6.com, Jakarta - Layanan data telah menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat di era digital saat ini. Tak sedikit yang rela merogoh kocek cukup dalam untuk membeli kuota data yang besar per bulannya. 

Di Indonesia, rata-rata masyarakat menghabiskan sekitar 50 ribu per bulan untuk membeli kuota data. Bagaimana dengan negara-negara lain di seluruh dunia?

Mengacu pada riset Tefficient, sebagaimana dilaporkan CBC News, Senin (26/12/2016), Kanada menjadi negara dengan layanan data termahal di dunia. 

Selain Kanada, layanan data termahal di dunia juga ada di Belgia, Jerman, Republik Ceko, dan Belanda. Menariknya, pengguna data di sana justru tak terlalu banyak mengonsumsi data. Mengapa demikian?

"Karena mahal, pengguna data di sana justru sangat irit dalam mengonsumsi data. Hal ini karena mereka sadar bahwa mereka mengeluarkan kocek besar untuk internet," ujar laporan tersebut.

Menurut Tefficient, semakin banyak kuota data (unlimited) yang disediakan operator di suatu negara, kian tinggi pula konsumsi datanya.

Sebagai informasi, firma riset Tefficient merilis laporan tentang penggunaan data (data usage) di 32 negara di seluruh dunia.

Di Finlandia misalnya, sebagian besar pengguna menggunakan paket data unlimited karena tarif layanan datanya paling rendah dibandingkan negara-negara lain. Operator Finlandia, DNA memiliki konsumsi data terbesar di dunia, yakni 9,9GB per bulan.

Menurut Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Kanada, persaingan industri telekomunikasi di sana sangat ketat karena biaya layanan datanya mahal. Untuk kuota 2GB hingga 5GB per bulan, tarifnya berkisar US$ 46,47.

Itu lebih rendah dari tarif paket di Amerika Serikat (AS) yang berkisar US$ 50,68 dan Jepang US$ 51,81.

Sementara di Italia, tarifnya tiga kali lebih rendah dari Kanada, yakni US$ 14,35, diikuti Prancis US$ 14,98, Australia US$ 15,57, dan Inggris US$ 17,61.

(Cas/Isk)

Video Terkini