Sukses

Dinilai Rasis di Twitter, Profesor Ini Terancam Dibunuh

Seorang profesor di Drexel University mengunggah cuitan berbau rasis di hari Natal yang membuatnya mendapat ribuan ancaman pembunuhan.

Liputan6.com, Philadelphia - Pernah mendengar ungkapan tweet-mu harimaumu? Mungkin itulah kata-kata yang cocok untuk seorang profesor di sebuah universitas. Ia dirundung masalah cukup berat setelah mencuitkan sesuatu di Twitter tentang hari Natal.

Profesor bernama George Ciccariello-Maher itu mencuitkan, "Semua yang saya inginkan untuk hari Natal adalah genosida putih," cuit Maher seperti dikutip Tekno Liputan6.com dari laman Metro, Selasa (27/12/2016).

Pria berkulit putih yang merupakan profesor bidang politik di Drexel University di Philadelphia mengklaim, ia mengunggah tweet itu ke Twitter-nya yang memiliki 11 ribu pengikut. Pihak kampus pun mempermasalahkan hal ini.

Para pejabat kampus telah memanggil Ciccariello-Maher untuk meminta klarifikasi mengenai cuitan itu. Dalam sebuah pernyataan, Drexel University mengatakan akan mengambil tindakan serius.

"Pihak kampus mengakui bahwa fakultas bebas mengekspresikan pikiran dan pendapat mereka dalam debat publik, namun komentar yang diunggah Profesor Ciccariello-Maher sangat tercela, mengganggu, dan tidak mencerminkan nilai-nilai dari Drexel University," demikian pernyataan pihak universitas.

Inilah tweet rasis yang diunggah oleh Profesor bernama George Ciccariello-Maher (Sumber: Metro.co.uk)

Meski begitu, Ciccariello-Maher yang menganggap bahwa ras dan rasisme merupakan spesialiasi akademiknya, justru menyebut bahwa pihak kampus tak mengerti bahwa tweet itu merupakan ejekan untuk konsep imajiner 'genosida putih'. Genosida putih menurutnya merupakan sebuah konspirasi yang diciptakan oleh supremasi kulit putih.

"Saya senang telah mengejek konsep imajiner rasis tersebut," ujarnya menambahkan.

Tak hanya satu tweet, rupanya Ciccariello-Maher juga menge-tweet kelanjutan'genosida putih' itu dengan hal lain yang memuji adanya pembantaian orang kulit putih di Haiti, saat pemberontakan dan revolusi yang dilakukan lebih dari dua abad lalu.

Walaupun akun Twitter-nya itu diatur agar tak bisa dilihat orang lain (diprivat), cuitan itu telah tersebar secara online. Gara-gara tweet itu pula, Ciccariello-Maher menerima ribuan ancaman pembunuhan.

(Tin/Isk)