Sukses

Pembaruan Aplikasi OLX Bikin Pengguna Kesulitan Cari Produk

Update versi 7.0.5 yang disughkan OLX masih dianggap belum user friendly bagi sebagian pengguna

Liputan6.com, Jakarta - OLX kembali memperbarui aplikasinya pada 3 Januari 2017. Namun sayangnya, update versi 7.0.5 yang disuguhkan OLX masih dianggap belum user friendly bagi sebagian pengguna.

Pantauan Tekno Liputan6.com, Sabtu (1/7/2016), hal itu terlihat dari beberapa komentar pengguna OLX di toko aplikasi Google Play Store. Sebagian dari mereka bahkan meminta kepada pihak OLX untuk men-downgrade aplikasi baru ke versi lama.

"Saya mau aplikasi OLX di-downgrade ke versi lama, karena kalau pakai aplikasi baru saya tidak bisa mencantumkan nama, nomer telepon, dan tidak bisa terhubung dengan WhatsApp. Saya selaku masyarakat yang menyukai aplikasi OLX nomor 1 di Indonesia, meminta aplikasi tersebut digantikan ke aplikasi yang sebelumnya. Terima kasih OLX dan ditunggu update aplikasi sebelumnya ya," tulis pengguna bernama Aldiyas Akbar.

Tak hanya itu, pengguna OLX lain yang tak menyebutkan namanya bahkan merasa kecewa dengan pembaruan aplikasi ini. Ia menganggap, aplikasi versi anyar membuatnya kesulitan mencari produk atau barang yang ingin dicari.

Komentar pengguna aplikasi OLX di Google Play Store. Dok: play.google.com

"Yth OLX, sejak perubahan aplikasi baru ini saya sangat kesulitan untuk menemukan barang yang mau dicari dan saya sangat kecewa dengan sistem baru. Saya minta OLX mengembalikan aplikasi sebelumnya karena saya sangat membutuhkan iklan di OLX, serta menggunakan OLX untuk membeli dan menjual barang. Semoga dapat diperkenan permohonan ini. Terima kasih OLX atas perhatiannya," tulis pengguna tersebut.

Menanggapi komentar dari pengguna, dengan sigap OLX Indonesia menuturkan, "Hi Aldiyas, mohon maaf atas ketidaknyamanannya ya. Saat ini kami sedang terus mengembangkan aplikasi OLX agar lebih mudah dan nyaman digunakan. Tunggu update terbaru dari kami ya! Terimakasih dukungannya, have a good day."

Sebagai informasi, perubahan aplikasi yang dilakukan OLX melalui update versi 7.0.4 pada 15 Desember 2016, juga sempat menuai kritik tajam dari pengguna. Saat itu, banyak dari pengguna yang hanya memberi rating satu untuk aplikasi tersebut.

Kritik yang dilayangkan sebagian besar menyorot perubahan konsep yang ditawarkan OLX dalam pembaruan ini. Sejumlah keluhan menyebutkan, pembaruan pada aplikasi nyatanya lebih sulit dan dianggap asing oleh pengguna.

"Versi update malah ribet, sama sekali nggak 'ramah' buat user," tutur salah satu pengguna. Sementara pengguna lain menyebut, kehadiran fitur chat malah menyulitkan pengguna untuk berhubungan dengan pembeli, begitu juga sebaliknya.

2 dari 2 halaman

Tanggapan Bos OLX

Sebelumnya, CEO OLX Daniel Tumiwa mengatakan bahwa perubahan itu dilakukan bukan tanpa alasan. Tampilan baru tersebut merefleksikan perkembangan tren yang terjadi di dalam industri.

"Saat ini, kebanyakan pengguna e-Commerce beralih ke versi mobile. Mereka lebih menyukai sesuatu yang simpel dan memanjakan mata (visual). OLX sedang bertransformasi untuk tetap relevan dengan kebutuhan pengguna," ujar Daniel kepada Tekno Liputan6.com, belum lama ini.

Daniel juga tak menampik, OLX telah memprediksi adanya kritik setelah perubahan ini dan pihaknya telah mendengar keluhan itu. Namun, OLX tetap akan mengajak pengguna model iklan baris lama untuk beralih ke model baru. Sebab, tren yang akan terjadi mengarah ke model baru ini.

Menjawab keluhan mengenai fitur komunikasi yang tak bisa lagi dilakukan secara langsung, fitur chat sebenarnya dapat digunakan untuk berbagi nomor telepon. Fitur ini justru melindungi pengguna dari pihak lain yang kemungkinan dapat memanfaatkan nomor telepon secara tak bertanggung jawab.

Pembeli pun sebenarnya dipermudah dengan kemampuan platform untuk merekomendasikan barang-barang di sekitar lokasi pembeli, melalui fitur Lokasi. Keberadaan fitur itu tak lepas dari iklan baris yang sifatnya sangat lokal. Bahkan sejak awal, OLX selalu dibuat berdasarkan lokasi, termasuk ketika masih bernama Tokobagus.

"Kami tidak pernah meragukan perubahan yang sedang dibuat. Perubahan memang membutuhkan waktu untuk menjadi kebiasaan, kami memahami hal tersebut," tutur mantan ketua idEA selama dua periode tersebut.

(Isk/Why)