Sukses

Tak Pakai Paspor, Australia Akan Gunakan Teknologi Pengenal Wajah

Australia dilaporkan sedang berencana untuk menerapkan sistem identifikasi baru untuk pendatang di negara tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Australia dilaporkan sedang berencana untuk menerapkan sistem identifikasi baru bagi para pendatang di negaranya. Ide ini dicanangkan oleh Australian Departement of Immigration and Border Protection guna mengurangi kebutuhan akan paspor.

Dikutip dari The Telegraph, Selasa (24/1/2017), pemerintah negara tersebut berencana untuk menggunakan teknologi pengenalan wajah (face recognition) dan pemindai sidik jari (fingerprint) bagi pengunjung yang ingin melewati Bandara Australia. Rencananya, ide ini akan mulai diterapkan pada 2020.

Jadi, pengunjung yang akan mendatangi negara itu tak perlu lagi menunjukkan paspor ke petugas imigrasi di bandara.

Alih-alih memanfaatkan manusia, petugas imigrasi akan digantikan dengan sistem elektronik otomatis. Teknologi anyar ini disebut akan lebih canggih ketimbang sistem yang sudah diterapkan di bandara Australia sekarang.

Pemerintah berencana untuk memulai uji coba perdana sistem ini di bandara Canberra pada Juli 2017. Baru lah teknologi ini akan diperkenalkan di bandara Sydney dan Melbourne pada November, dan seluruh bandara di Australia pada Maret 2019.

Namun, belum dapat dipastikan bagaimana sistem ini bekerja. Australian Departement of Immigration and Border Proctection juga belum mengetahui cara kerjanya. Kendati demikian, sistem ini memang didorong untuk menawarkan solusi inovatif bagi pengunjung untuk melakukan proses keimigrasian secara mandiri.

Head of Border Security di Australian Strategic Policy Institute menuturkan dengan sistem ini pengunjung tak perlu lagi kerepotan mengurus masalah imigrasi.

Berbekal teknologi biometrik, sistem yang disebut-sebut pertama di dunia ini, memungkinkan pengunjung beraktivitas seperti di bandara domestik, yang tak membutuhkan prosedur keimigrasian.

Teknologi biometrik yang digunakan juga nantinya berisi data seputar pengunjung tersebut, seperti informasi tiket, riwayat perjalanan, dan rekaman kriminal. Dengan demikian, sistem dapat mengenali pengunjung yang dianggap berbahaya maupun pengunjung biasa.

(Dam/Cas)