Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini, ada sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial (medsos) di internet selama lebih dari dua jam menunjukan adanya tanda depresi.
Penelitian tersebut juga telah dilakukan ke subjek kalangan remaja berumur 13-17 tahun yang sering menggunakan smartphone-nya untuk berinteraksi di media sosial (medsos).
Mengutip informasi laman The Independent, Selasa (7/2/2017), penelitian dilakukan oleh tim peneliti asal Kanada, International Association of Cyber Psychology, Training & Rehabilitation (iACToR) dengan melakukan observasi ke 750 subjek yang merupakan remaja dari berbagai institusi pendidikan di wilayah Ontario.
Advertisement
Penelitian yang juga dipublikasikan lewat jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking ini mengungkap, penggunaan medsos yang terlampau berlebihan rupanya mampu menunjukkan indikasi bahwa si pemilik memiliki masalah gangguan mental dan memicu depresi.
Baca Juga
"Kapasitas penggunaan medsos harusnya dibatasi sebagaimana mestinya. Jika digunakan terus menerus dalam jangka waktu berjam-jam, hal tersebut akan menciptakan rasa candu bagi para pengakses," ungkap tim peneliti.
Menurutnya, hal itu mengubah cara pandang pengguna bahwa medsos lama kelamaan termasuk ke hal primer di dalam kehidupan. Bahayanya, penggunaan medsos secara berlebihan dapat berdampak negatif.
"Medsos itu berfungsi sebagai alat komunikasi dan pencari informasi jika memang dibutuhkan. Namun hal tersebut bisa berubah fungsi 360 derajat menjadi sebuah 'pengisi dahaga' penggunanya ketika sedang kesepian," tambahnya.
Observasi yang telah dilakukan tim peneliti menyimpulkan sebagian besar dari 750 subjek anak remaja tersebut memang kerap kali tidak memiliki kegiatan apa-apa khususnya pada waktu malam hari. Oleh karena itu, mereka mengakses jejaring sosial sebagai 'teman' agar bisa mengisi kesepian mereka.
"Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka mengalami tanda depresi, jika ini terus dilakukan, mereka akan melakukan hal lebih ekstrem seperti tindakan bunuh diri atau cyber bullying," tukasnya.
Mereka menambahkan, seharusnya ketika kesepian para anak remaja bisa melakukan kegiatan positif yang lebih menggaet mereka ke perkembangan fisik dan mental yang lebih sehat, seperti berolahraga, membaca buku, mendengarkan musik dan masih banyak lagi.
"Sudah seharusnya fungsinya dibatasi. Selagi masih ada waktu dan belum terlambat, kini peran orangtua yang harus mengawasi anak mereka agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
(Jek/Cas)