Sukses

Cegah Kebocoran Data, Partai Republik Gunakan Aplikasi Khusus

Aplikasi yang digunakan Partai Republik ini secara otomatis menghapus pesan-pesan yang dikirim di layanannya, setelah pesan-pesan itu dibaca

Liputan6.com, Jakarta - Anggota pemerintahan Trump dan Partai Republik menggunakan aplikasi khusus untuk mencegah percakapan mereka mengalami kebocoran dan peretasan. Pesan-pesan di aplikasi terenkripsi bernama Confide itu bahkan mampu "hancur dengan sendirinya".

Hal tersebut diungkapkan oleh Jonathan Swan dan David McCabe, sebagaimana dikutip dari The Verge, Jumat (10/2/2017). Terungkap, menurut Swan dan McCabe, sejumlah petinggi Partai Republik dan beberapa anggota pemerintahan Trump telah mengunduh Confide di perangkat mereka, yang secara otomatis menghapus pesan-pesan yang dikirim di layanannya, setelah pesan-pesan itu dibaca.

Salah seorang petinggi Partai Republik mengatakan aplikasi ini menyediakan sejumlah "penutup" bagi orang-orang dalam partainya. Menurut pengakuannya, mereka mencoba aplikasi tersebut lantaran kasus peretasan besar-besaran yang menimpa Komite Nasional Partai Demokrat pada tahun lalu.

Namun selain itu, ia juga mengatakan alasan lain pihaknya menggunakan Confide yaitu pesan-pesan di aplikasi tersebut sulit untuk dibuat screenshot. Pasalnya, Confide hanya menampilkan beberapa kata saja pada satu waktu di layar.

Confide pertama kali dirilis pada 2013 di iOS. Aplikasi ini merupakan salah satu dari beberapa produk--termasuk TigerText dan Vaporstream--yang mengadaptasi konsep Snapchat sebagai aplikasi perpesanan, menjadi sesuatu yang lebih formal.

Sebelumnya Threat Intelligence Director Avast Software, Michal Salat, menilai peretasan Komite Nasional Partai Demokrat adalah contoh konkret dari perang informasi.

"Ada banyak cara yang bisa dilakukan peretas untuk bisa menyalahgunakan isi email, misalnya, menyebar informasi rahasia ke publik, memeras korban atau menggunakannya untuk perdagangan saham. Peretasan sistem Partai Demokrat AS dan Kementerian Luar Negeri Republik Ceko adalah contoh konkret dari perang informasi," ujar Michal.

(Why/Isk)