Liputan6.com, Jakarta - Dua orang penelliti dari Ludwig-Maximilians-Universität München melakukan penelitian menarik mengenai selfie. Sang peneliti, yakni Sarah Diefenbak dan Lara Christoforakos, memublikasikan jurnal penelitiannya di Frontiers in Psychology. Demikian dikutip dari The Next Web, Jumat (10/2/2017).
Penelitian berjudul "The Selfie Paradox: Nobody Seems to Like Them Yet Everyone Has Reasons to Take Them" itu melibatkan 238 orang sebagai responden. 77 persen di antaranya mengatakan, mereka melakukan sejumlah selfies setidaknya sekali dalam sebulan dan 49 persen lainnya mengungkapkan, mereka menerima sebuah foto selfie setidaknya sekali dalam sepekan.
Advertisement
Baca Juga
Kemudian 2 persen responden mengatakan, mereka sebetulnya ingin melihat lebih sedikit foto selfie yang beredar di linimasa media sosial mereka. Banyak pula yang setuju dengan pernyataan tentang konsekuensi negatif dari selfie. Mereka berpikir selfie mungkin memiliki efek buruk pada citra diri dan menimbulkan citra tidak autentik seseorang yang dangkal.
Fakta lain yang tidak kalah mengejutkan adalah 90 persen responden menilai selfies orang lain sebagai promosi diri, tetapi hanya 46 persen mengatakan selfies mereka sendiri pun seperti itu.
Angka-angka di atas menunjukkan bahwa sebagian besar orang memang menikmati kegiatan selfie, tetapi yang betul-betul menyukainya sedikit saja.
Survei penelitian ini digelar secara online untuk mencari tahu apa yang orang-orang pikir tentang selfie. Responden penelitian berasal dari Austria, Jerman, dan Swiss. Oleh sebab itu, para peneliti juga mengakui kemungkinan bias Eurocentric dalam penelitian ini. Mereka mengatakan budaya lain memiliki sikap lebih menerima terhadap selfie dan untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut.
(Why/Isk)