Liputan6.com, Jakarta - Kasus dugaan pelecehan terhadap mantan insinyur Uber Susan Fowler kini tengah menarik perhatian publik. Menanggapi kasus tersebut, CEO Uber Travis Kalanick mengirimkan memo internal kepada karyawan.
Salah satu poin utama dari memo tersebut adalah Uber telah merekrut mantan Jaksa Agung Amerika Serikat (AS), Eric Holder, untuk melakukan investigasi. Kalanick menuturkan Holder dan mitranya di firma hukum Covington A& Burling, Tammy Albarran, akan meninjau kasus ini.
Ia juga menuturkan, bersama dengan Arianna Huffington, yang kini duduk di jajaran direksi Uber, akan membahas masalah tersebut dan langkah penyelesaiannya. Arianna dan Liane Hornsey yang kini berposisi sebagai Chief Human Resources Officer Uber juga akan melakukan sesi diskusi untuk membahas hal tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Arianna dan Liane juga akan melakukan sesi diskusi kecil secara pribadi dengan karyawan untuk mendapatkan umpan balik secara langsung," tulis Kalanick. Tak hanya itu, ia juga menjawab pertanyaan sejumlah pihak mengenai keberagaman gender di tim Uber.
Ia mengatakan pekerja wanita di Uber ada sekitar 15,1 persen dan tak berubah secara substansial sejak tahun lalu. Para wanita itu berada di bagian teknik, manajemen, produk, termasuk ilmuwan. Sebagai perbandingan dengan perusahaan lain, pekerja wanita di Facebook 17 persen, Google 18 persen, dan Twitter 10 persen.
"Saya percaya, menciptakan tempat kerja yang memegang teguh keadilan menjadi dasar dari apa pun yang kita lakukan. Setiap karyawan Uber harus bangga dengan budaya kerja yang kita miliki dan apa yang kita bangun bersama," tulisnya seperti dalam keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com, Rabu (22/2/2017).
Kasus ini bermula dari tulisan blog mantan pekerja Uber bernama Susan Fowler. Ia mengaku telah dilecehkan oleh manajernya sejak hari pertama bekerja. Kejadian itu berawal dari kepindahan dirinya ke tim baru. Ketika itu, sang manajer yang tak disebut namanya mulai berbicara hal tak nyaman pada Fowler.
Gara-gara hal ini, Fowler mengaku tertekan di tempat kerja. Ia kemudian mengirim screenshot percakapan dari manajernya itu dan melaporkan ke bagian SDM. Menurut Fowler, staf SDM merespons dengan mengatakan perusahaan tak nyaman dengan hal itu dan akan memberi peringatan keras kepada si manajer.
Sementara itu, Fowler diberi pilihan untuk meninggalkan tim atau kembali bekerja, dengan pengertian dari SDM bahwa hal itu bisa memberi dampak penilaian kerja yang jelek dari manajer yang melecehkannya.
Menanggapi hal tersebut, Kalanick pun segera melakukan investigasi mendalam terkait tuduhan tersebut. Bahkan, Kalanick berjanji akan memecat siapa pun yang melakukan hal tersebut atau berpikir bahwa masalah ini adalah hal biasa.
(Dam/Why)