Sukses

Ilmuwan Temukan Teknologi Penghapus Kenangan Manusia

Teknologi tersebut masih dalam tahap awal dan diklaim dapat memberikan dampak yang berisiko bagi manusia.

Liputan6.com, California - Teknologi yang bisa menghapus kenangan manusia ternyata tidak sebatas fiktif seperti di film Eternal Sunshine of The Spotless Mind.

Sekadar flashback, film yang dibintangi Jim Carrey dan Kate Winslet tersebut menceritakan tentang perjuangan sepasang mantan kekasih yang berniat menghapus kenangan masing-masing karena ingin move on.

Orang pertama yang berhasil menghapus kenangannya adalah karakter Clementine, diperankan oleh Winslet. Ia pergi ke sebuah tempat bernama Lacuna Inc dan menghapus kenangan dengan menggunakan perangkat elektronik khusus.

Metode tersebut ternyata benar dibuktikan oleh sekelompok ilmuwan asal Kanada yang kini tengah mengembangkan teknologi serupa.

Dilaporkan laman Sky News, Jumat (24/2/2017), teknologi itu diciptakan dengan tujuan untuk menghapus trauma penderita PTSD (post-traumatic stress disorder) di kehidupannya dengan menghilangkan sel saraf otak secara genetik.

Meski begitu, teknologi ini diklaim masih memasuki tahap awal. Mereka tengah menguji temuannya pada sekelompok tikus dan berhasil melakukannya. Bagaimana pun, praktik menghapus kenangan manusia memiliki dampak komplikasi yang berisiko.

Dr Sheena Josselyn, ilmuwan peneliti teknologi memory eraser dari University of Toronto mengatakan bahwa salah satu dampak yang paling besar dirasakan manusia adalah tidak adanya perubahan perilaku karena trauma tertentu.

"Trauma yang dialami sejumlah manusia memang menyakitkan. Namun, ada juga jenis trauma yang menuntun kita untuk belajar lebih baik, belajar dari kesalahan dan berkembang," kata Dr Josselyn.

Sayangnya, Dr Josselyn tidak menjelaskan secara detail seperti apa jenis perangkat yang menggunakan teknologi tersebut dan bagaimana teknologi itu bisa mempengaruhi sisi psikologis manusia.

2 dari 2 halaman

Gas Xenon

Sebelumnya, metode menghapus kenangan juga telah ditemukan sekelompok ilmuwan pada 2016. Mereka mencari cara menetralkan perasaan sedih, takut atau malu, dengan cara memblokir norepinapherine yaitu kimiawi yang diasosiasikan dengan respon untuk kabur atau melawan dan pemicu memori.

Dengan menangkal kimiawi itu pada dasarnya akan mengubah bagaimana suatu memori dikembalikan ke tempatnya. Setelah diingat, proses ini disebut 'rekonsolidasi'.

Cara lain yang saat ini sedang diuji coba adalah dengan menghirup gas xenon, senyawa kimia yang sering digunakan untuk anestesi di Eropa. Disimpan dalam inhaler yang biasa digunakan untuk meredam asma, gas ini dihirup sambil mengingat suatu memori buruk.

Gas ini kemudian akan menargetkan reseptor otak, yang diasosiasikan dengan pembelajaran dan ingatan. Proses ini kemudian akan menghilangkan konotasi negatif di memori buruk tadi.

Sayangnya, proses-proses di atas harus menempuh perjalanan panjang sebelum bisa diaplikasikan pada manusia, terlebih dari perspektif moral. Mengingat memori tertanam cukup dalam di otak, sedikit saja kesalahan bisa mempengaruhi seluruh pikiran seseorang.

(Jek/Isk)