Liputan6.com, Jakarta - PT Universal Satelit Indonesia (UNISAT) baru saja mengumumkan perjanjian kerja sama untuk menggunakan slot orbit milik organisasi satelit asal Rusia, Intersputnik. Kerja sama ini merupakan bagian dari rencana UNISAT untuk meluncurkan satelit pada 2020.
Proses pengadaan dan tender proyek satelit ini akan dilakukan pada September 2017. Namun menurut Komisaris UNISAT Haryanto Sie, sebenarnya telah ada sejumlah pihak yang tertarik dengan proyek ini.
"Sudah ada beberapa pabrikan yang menghubungi kami, salah satunya dari Amerika Serikat, Lockheed Martin," tuturnya saat ditemui Tekno Liputan6.com usai konferensi pers kerja sama antara UNISAT dengan Intersputnik di Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Advertisement
Baca Juga
Untuk pembiayaan, Haryanto sendiri menuturkan masih mengulas konsep yang akan digunakan. Salah satu yang juga menjadi pertimbangan adalah sistem condosat, ia mengungkapkan sudah ada dua operator besar asing yang tertarik dengan rencana ini.
Sebagai informasi, condosat merupakan pengaturan bisnis yang biasa dilakukan dalam peluncuran satelit. Lewat model ini, satelit dapat diproduksi oleh satu pabrikan, tetapi kepemilikannya bersama.
Di sisi lain, Presiden UNISAT Widodo Mardijono sempat menuturkan pendanaan juga dapat diperoleh dari pinjaman (loan) ataupun equity financing. "Kami sendiri mengganggarkan sekitar US$ 200 sampai 300 juta, sudah termasuk asuransi," tuturnya.
Ia juga tak menampik biaya yang diperlukan untuk pengadaan satelit dengan teknologi High Troughput Satellite (HTS) dikenal tinggi. Karena itu, pihaknya tengah mengulas sejumlah penawaran dari berbagai pihak yang tertarik.
"HTS memang dikenal sebagai memiliki biaya pengadaan yang terbilang tinggi. Namun dengan pembiayaan yang kompetitif dan perkembangan teknologi, satelit HTS bisa didapat dengan biaya yang lebih terjangkau," ujarnya.
Kemampuan HTS memang disebut sebagai teknologi terkini di bidang satelit. Kecepatan akses data satelit ini disebut bisa empat kali lebih cepat dari teknologi standar.
Langkah UNISAT ini juga diapresiasi oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Ia menyebut rencana ini merupakan salah satu terobosan untuk pengembangan satelit di Indonesia.
"Saya senang kalau ada perusahaan yang memanfaatkan slot orbit yang ada Indonesia, karena slot itu memiliki comparative advantage. Artinya, kalau slotnya ada di Indonesia lebih untung kalau dipakai untuk pasar Indonesia," ujarnya.
Sebagai informasi, setidaknya ada 34 satelit asing yang beroperasi di Indonesia untuk memberikan layanannya. Sementara, slot orbit yang dimiliki oleh Indonesia dan diisi oleh satelit dalam negeri hanya tujuh.
(Dam/Cas)