Sukses

Gelombang Suara Dapat Menjadi Media untuk Peretasan Smartphone

Gelombang suara ternyata dapat menjadi media untuk melakukan peretasan terhadap smartphone. Bagaimana bisa?

Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok peneliti keamanan di University of Michigan dan University of South Carolina telah menemukan kerentanan yang memungkinkan mereka mengambil alih atau diam-diam memengaruhi perangkat, melalui akselerometer kecil, yang merupakan komponen standar dalam produk konsumen seperti smartphone, pelacak kebugaran, dan bahkan mobil.

Dalam penelitiannya, mereka menggambarkan bagaimana menambahkan langkah palsu ke pelacak kebugaran Fitbit dan memainkan file musik "berbahaya" dari pengeras suara (speaker) smartphone untuk mengontrol akselerometer tersebut. Hal ini memungkinkan mereka mengganggu peranti lunak yang bergantung pada smartphone, seperti aplikasi yang digunakan untuk mengendalikan mobil mainan radio kontrol.

"Ini seperti penyanyi opera yang menggunakan nada suaranya untuk memecahkan gelas wine. Hanya dalam kasus ini, kami bisa mengeja kata-kata dan memasukkan perintah tertentu ketimbang sekadar mematikan smartphone," kata Kevin Fu, salah seorang peneliti, dikutip dari New York Times, Kamis (16/3/2017).

"Anda dapat menganggap itu sebagai virus musik," ujar pria yang juga merupakan profesor teknik elektro dan ilmu komputer di University of Michigan dan kepala eksekutif Virta Labs, sebuah perusahaan keamanan siber yang berfokus pada perawatan kesehatan.

Tim peneliti menemukan celah ini di lebih dari separuh dari dua puluh merek komersial dari lima pembuat chip yang mereka uji. Celah ini menggambarkan tantangan keamanan yang kelak muncul ketika robot dan peralatan digital lainnya telah mulai bergerak di dunia.

Seperti diketahui, saat ini banyak startup dan perusahaan transportasi besar yang mengembangkan mobil dan truk otonomos. Namun, menurut tim peneliti, ada kerentanan yang tak terdeteksi, yang dapat memungkinkan seorang penyerang untuk mengendalikan kendaraan dari jarak jauh.

Meski demikian, peneliti keamanan lainnya mengatakan temuan ini dapat menjadi gambaran tantangan keamanan siber di dalam sistem kompleks, di mana komponen analog dan digital dapat berinteraksi dalam cara tak terduga.

"Seluruh dunia keamanan adalah tentang interaksi yang tidak diinginkan," kata Paul Kocher, ahli kriptografi dan mantan eksekutif di perusahaan chip Rambus.

(Why/Cas)