Sukses

Pascaserangan, Pemerintah Inggris Minta Akses ke WhatsApp Pelaku

Menyusul temuan pelaku yanternyata aktif di WhatsApp beberapa menit sebelum serangan, Pemerintah Inggris minta akses backdoor ke layanan itu

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Departemen Dalam Negeri Inggris, Amber Rudd menuturkan layanan chatting, seperti WhatsApp yang menyediakan layanan berkirim pesan terenkripsi tak dapat diterima semua pihak. Bahkan, Rudd berupaya mendapatkan akses backdoor ke layanan tersebut. 

Pernyataan ini dilontarkan Rudd menyusul temuan yang menyebut pelaku penyerangan di Inggris, Khalid Massod, menggunakan WhatsApp. Menurut laporan terbaru, Massod ternyata terlihat aktif di aplikasi chatting milik Facebook itu tiga menit sebelum melakukan penyerangan. 

"Kami harus memastikan organisasi seperti WhatsApp, dan lainnya, tidak menyediakan tempat rahasia bagi teroris untuk berkomunikasi satu sama lain," ujar Rudd seperti dikutip dari Business Insider, Senin (27/3/2017). 

Karenanya, pihak berwenang di Inggris tengah mengupayakan untuk bisa mendapatkan akses percakapan dari pelaku penyerangan. Namun upaya tersebut tak mudah, mengingat WhatsApp sudah membekali layanannya dengan percakapan terenkripsi, sehingga tak mungkin disadap oleh pihak ketiga.

Kendati demikian, Rudd tak menolak keberadaan fitur end-to-end encryption, tapi harus dibarengi dengan sistem yang memungkinkan pihak berwajib mendapatkan informasi di dalamnya.

Menanggapi hal tersebut, juru bicara WhatsApp mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan penegak hukum dalam investigasi yang masih dilakukan.

Selain WhatsApp, Rudd juga menyorot Google sebagai pemilik YouTube untuk ikut bertanggung jawab dalam memblokir konten-konten yang berasal dari kelompok ekstremis. Hal senada juga ditujukan pada WordPress maupun Telegram.

Sebagai informasi, beberapa hari lalu telah terjadi serangan di wilayah luar House of Parliament atau Gedung Parlemen Inggris). Setidaknya satu orang tewas dan beberapa lainnya terluka akibat serangan itu. 

Kasus semacam ini sebenarnya bukan kali pertama kali terjadi. Tahun lalu, FBI juga sempat meminta akses serupa ke Apple untuk mengakses iPhone milik pelaku penembak di kasus San Bernardino, California. Meskipun Apple menolak, FBI kabarnya tetap berhasil masuk ke sistem iPhone 5C milik pelaku. 

(Dam/Cas)