Sukses

Kisah Remaja 13 Tahun, Jadi Hacker demi Ciptakan Internet Aman

Adalah Ahsan Tahir, hacker remaja yang mendedikasikan kemampuannya untuk membuat internet lebih aman.

Liputan6.com, Jakarta - Hacker mungkin kerap diidentikan dengan orang dewasa, tapi nyatanya seorang remaja asal Pakistan bernama Ahsan Tahir berhasil dikenal berkat kemampuannya di bidang oprek komputer tersebut.

Tahir yang baru berumur 13 tahun ini dikenal karena keahliannya meretas sistem keamanan perusahaan. Namun berbeda dari hacker kebanyakan, Tahir memanfaatkan kemampuannya untuk mengikuti program bug bounty hunter dari sejumlah perusahaan.

Untuk informasi, program pemburu bug semacam ini biasanya digunakan sejumlah perusahaan teknologi untuk mencari celah keamanan di situsnya dan memberi hadiah bagi yang berhasil menemukannya.

Uniknya, Tahir mempelajari kemampuan tersebut secara otodidak mulai dari menonton video di YouTube, membaca blog, dan bereksprimen sendiri. Latar belakang orangtuanya pun bukan seseorang yang akrab dengan teknologi. 

Kendati demikian, seperti dikutip dari NBC News, Kamis (30/3/2017), kemampuannya kini sudah diakui oleh sejumlah perusahaan teknologi kenamaan seperti Google dan Microsoft. Ia disebut-sebut sebagai bintang baru di bidang keamanan siber. 

Bahkan, ia sudah mendapatkan pemasukan dengan nilai yang terbilang luar biasa dari kemampuannya tersebut. Sebagai gambaran, hadiah yang berhasil didapat seorang bug bounty hunter sekitar US$ 50-US$ 350 atau sekitar Rp 660 ribu-Rp 4,6 juta. 

Namun, keputusan Tahir menggeluti bidang keamanan siber tak semata-mata soal uang. Dengan kemampuannya, ia ingin membuat internet menjadi tempat yang aman sekaligus berbagi ilmu dengan orang lain.

"Semakin banyak hacker, semakin banyak bug yang ditemukan, dan semakin aman sebuah perusahaan. Sesederhana itu," tuturnya. Karenanya, ia berharap dapat melanjutkan kiprahnya dalam program semacam ini, sekaligus bekerja sebagai software engineer di masa depan.

"Aku bangga membuat internet lebih aman, atau dunia lebih aman. Sebab, tahap selanjutnya kemungkinan adalah perang siber," ujarnya menjelaskan.

(Dam/Cas)