Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya layanan jasa keuangan (financial technology/fintech), kegiatan pengumpulan dana masyarakat untuk sosial (filantropi) secara online juga kian bersemi seiring meningkatnya penggunaan internet di Indonesia.
Beberapa di antaranya adalah Kitabisa.com dan Dompet Dhuafa. Kesadaran munculnya kekuatan online platform untuk beragam aktivitas, ternyata mampu menjadi alternatif kegiatan filantropi.
Penggunaan platform bahkan tak hanya dilakukan untuk menjaring lebih banyak donatur, tapi juga digunakan untuk melakukan monitoring dan evaluasi program itu sendiri.
Advertisement
Hal ini disampaikan oleh Dini Indrawati Septiani, Associate Director of Philanthropy di lembaga nonprofit internasional yang bergerak di bidang lingkungan dan konservasi alam.
"Dalam kegiatan konservasi, kami sudah lama memanfaatkan teknologi, termasuk teknologi komunikasi dan informasi. Penggunaannya merata dalam beragam aktivitas organisasi, terutama yang melibatkan stakeholders secara luas," ujar Dini melalui keterangan tertulisnya, Selasa (25/4/2017) di Jakarta.
Baca Juga
Sejak 2015, Dini dan lembaganya menjaring donatur dari beragam latar belakang dan warga negara untuk mendukung program konservasi alam di 69 negara, termasuk Indonesia. Saat ini di organisasi lingkungan hidupnya, ada program community development untuk 600 desa hingga 2020.
Lulusan Master Psikologi Intervensi Sosial jebolan Universitas Indonesia ini menyatakan, kemajuan teknologi komunikasi berdampak luas dan positif untuk mengampanyekan pentingnya konservasi lingkungan hidup dalam bentuk tindakan kesukarelaan.
"Jika kami sudah mampu mengintervensi dan membangun kesadaran publik akan pentingnya perlindungan lingkungan dan bersikap terhadap hal tersebut, terbuka beragam cara untuk mendapatkan dukungan pendanaan, temasuk melalui platform donasi online," tuturnya.
Menurutnya, pemanfaatan teknologi digital untuk kegiatan sosial dan lingkungan adalah suatu keharusan. Terlebih, revolusi digital sudah merasuki hampir semua kalangan di Indonesia, termasuk bawah sekali pun. Maka itu, dirinya percaya digitalisasi bisa sangat membantu kesuksesan program-program sosial di masyarakat.
“Ironi, jika kita tidak memanfaatkan kemajuan teknologi demi menunjang kegiatan sosial," pungkas Dini
Penggalangan Dana via Online
Pemanfaatan teknologi juga dilakukan Kitabisa.com, situs penggalangan dana dan donasi secara online yang dirintis sejak 2013.
Per April tahun ini, dana yang dikumpul Kitabisa.com dari publik mencapai Rp 100,16 miliar. Dana tersebut berasal dari 4.707 kampanye/proposal dan 275 ribu donatur.
“Pada periode 2015-2016, Kitabisa.com tumbuh 800 persen. Ini di luar ekspektasi dan lebih tinggi dari prediksi kami,” ujar Alfatih Timur, Chief Executive Officer Kitabisa.com, baru-baru ini.
Pesatnya pertumbuhan penggalangan dana di situsnya, antara lain didorong tren digital di kalangan generasi Y atau milenial Indonesia. Ini akan semakin besar dan masif, lantaran dibarengi dengan lahirnya generasi belanja online, yang didorong booming-nya situs belanja online (e-Commerce).
Mengelola Dana untuk Umat
Dompet Dhuafa, yang lebih berpengalaman mengelola dana umat sejak 1994, juga mengalami perkembangan dana yang semakin besar, berkat pemanfaatkan teknologi internet serta praktek penggalangan dana yang tepat.
Laporan keuangan Yayasan Dompet Dhuafa 2015, penerimaan dana umat mencapai Rp 276,5 miliar. Zakat menjadi penerimaan terbesar, yakni Rp 147 miliar, disusul infak terikat Rp 44,5 miliar dan infak Rp 37 miliar.
Dari penerimaan itu, total penyalurannya Rp 269 miliar, yang terbesar untuk program kesehatan Rp 56 miliar. Berikutnya, program pendidikan Rp 51 miliar dan program ekonomi Rp 49 miliar.
Imam Rulyawan, Direktur Utama Dompet Dhuafa, menjelaskan dunia digital sudah menjadi gaya hidup, termasuk untuk kebutuhan spiritual. Ini menjadi peluang bagi lembaga filantropi untuk up-to-date, sesuai zaman.
"Dampaknya sangat besar. Melalui teknologi digital ini kami lebih efektif, khususnya kepada mitra Dompet Dhuafa di kota-kota besar terutama usia muda secara umum," ujarnya.
Untuk diketahui, Riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) per Oktober 2016 menyebutkan, pengguna internet mencapai 132,7 juta atau setara 51,7 persen dari populasi.
Fakta lainnya, jumlah pengguna telepon selulernya diprediksi menembus 173 juta tahun ini. Sekitar 98 persen orang Indonesia memiliki satu akun media sosial, dan pengguna Facebook dari Indonesia 80 juta orang, keempat terbesar di dunia.
(Isk/Cas)
Advertisement