Sukses

Anak Bandung Sabet Gelar Jawara Kompetisi Aplikasi Go-Jek

Ada tiga tim yang memenangkan kompetisi aplikasi pintar yang diadakan Go-Jek ini. Siapa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Go-Hackathon, kompetisi aplikasi berbasis open source yang digelar Go-Jek, akhirnya telah mencapai acara puncak. Pada hari ini, Selasa (25/4/2017), startup penyedia layanan transportasi online tersebut mengumumkan ketiga pemenang yang mengikuti Go-Hackathon.

Ketiganya berhasil menaklukkan 36 tim lain yang masuk babak final pada 25-26 Maret 2017 lalu. Kompetisi dengan tema #KaryaTanpaBatas tersebut dimulai sejak Februari hingga Maret 2017.

Juara pertama diraih oleh tim Sailly asal Bandung, juara kedua oleh tim SSX_Ceria asal Jakarta, sedangkan juara ketiga diperoleh tim Quantum Sigmoid yang berasal dari kota Jakarta juga.

Monica Oudang, HR Director Go-Jek Indonesia, turut mengapresiasi seluruh tim yang sudah ikut berkompetisi Go-Hackathon. Ia juga menuturkan alasan mengapa Go-Jek mengadakan kompetisi bergengsi ini. Menurutnya, Go-Jek optimistis jika anak-anak muda di Indonesia dapat melahirkan solusi untuk masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

"Mereka hanya perlu diberi kesempatan. Oleh karena itu, kami berharap penyelenggaraan kompetisi di sektor teknologi seperti ini akan melahirkan karya-karya teknologi yang inovatif dan memiliki dampak sosial, serta mempercepat pembangunan bangsa," kata Monica saat membuka acara puncak Go-Hackathon di kantor pusat Go-Jek yang berlokasi di Pasaraya, Jakarta.

Ketiga tim juara memiliki teknologi terbaru yang mereka ciptakan untuk menunjang fitur di aplikasi Go-Jek. Sayang, pihak Go-Jek mengungkap teknologi besutan mereka belum bisa diimplementasikan dalam waktu dekat, mengingat aplikasi Go-Jek belum siap secara integritas dan optimasi.

2 dari 2 halaman

Tim Sailly, SSX_Ceria dan Quantum Sigmoid

Tim Sailly, yang beranggotakan tiga mahasiswa asal ITB (Institut Teknologi Bandung), menciptakan layanan pelacak khusus dengan nama Go-Track. Teknologi ini dapat membantu pengguna menemukan barang-barang yang hilang di jalan.

Sistem pelacak juga memiliki kelebihan, yaitu memanfaatkan sistem bluetooth sehingga tidak memerlukan koneksi internet, biaya yang murah, serta baterainya diklaim tahan lama hingga 1 tahun. Menyabet gelar juara pertama, tim berhak mendapatkan hadiah uang tunai dengan nominal sebesar Rp 120 juta.

Adapun tim SSX_Ceria menciptakan teknologi helm pintar Go-Jek yang dapat mengintegrasikan proteksi, data gathering, dan kenyamanan pengguna.

Helm pintar tersebut memiliki tiga fitur unggulan, di antaranya SOS alert yang dapat berfungsi mengirimkan sinyal bahaya ke ambulans terdekat jika pengguna mengalami kecelakaan, bluetooth speaker yang bisa menghubungkan mitra driver dengan pengguna Go-Jek jika ada panggilan, serta speed warning yang menghubungkan helm dengan akselerator kendaraan via GPS.

Para juara Go-Hackathon. Liputan6.com/ Jeko Iqbal Reza

Berbeda dengan kedua tim yang sudah disebutkan, tim Quantum Sigmoid yang berasal dari IPB (Institut Pertanian Bogor) menciptakan layanan Cloud Based Food Image Recognition.

Teknologi dapat mengambil gambar makanan dan bisa mengenali nama dari makanan tersebut. Mereka memanfaatkan kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) dan deep learning dalam menciptakan teknologi itu.

Kompetisi Go-Hackathon diikuti oleh 415 tim dari berbagai kalangan, mulai dari siswa SMA, mahasiswa, hingga pengembang preofesional yang berbagai dari seluruh kota di Indonesia. Hampir 50 persen peserta berasal dari luar Jawa, seperti Sumatera Utara, Bali, Gorontalo, Makassar, dan Kalimantan.

(Jek/Ysl)