Liputan6.com, Jakarta - Beberapa kendala yang kerap muncul pada kegiatan jual-beli online adalah rumitnya percakapan antara penjual dan pembeli untuk mengetahui detail produk yang ditawarkan hingga metode pembayaran.
Kini Xfas hadir demi mengatasi sekelumit masalah yang terjadi di industri e-Commerce. Xfas adalah perusahaan solusi pembayaran social commerce hasil kolaborasi penyedia payment gateway lokal Faspay dengan perusahaan financial technology asal Singapura, Xfers.
CEO Faspay Hioe Fui Kian, mengatakan Xfas mengusung konsep solusi social commerce paling sederhana sehingga mempermudah kegiatan jual-beli online. Sebut saja komunikasi yang bertele-tele, pengintegrasian sistem, hingga biaya pemeliharaan situs web dan manajemen inventori.
Advertisement
Baca Juga
"Misi kami ingin memudahkan penjual dan pembeli, penjual akan mendapatkan tautan dari produk yang telah dibeli. Hanya sekali klik, semua informasi yang dibutuhkan akan diterima oleh penjual sehingga proses transaksi lebih efektif, kata Fui Kian saat peluncuran Xfas di Jakarta, Rabu (26/4/2017).
Perusahaan optimistis kehadirannya di Indonesia dapat menawarkan solusi yang efektif, mudah, dan anti ribet untuk memudahkan penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi. Solusinya juga diklaim bisa mempercepat proses transaksi, mempermudah penerimaan pembayaran, sekaligus membantu pengelolaan data barang masuk dan keluar.
"Ini merupakan solusi anti ribet satu-satunya yang lengkap, aman dan mudah," tuturnya.
Setiap data transaksi yang dilakukan penjual maupun pembeli akan ditampilkan dalam format tautan. Pembeli akan mendapatkan tautan berisi informasi produk yang telah dibeli dari deskripsi singkat produk, jenis barang, hingga harga, gambar.
Xfas menggunakan teknologi terkini dalam bentuk dashboard di situs web bagi para pelaku bisnis online, terutama dari skala kecil hingga menengah.
"Dengan masuknya Xfas ke Indonesia, kami berharap makin banyak penjual dan pembeli yang memanfaatkan solusi Xfas. Kami akan turut mendorong terwujudnya cashless society dan perkembangan eCommerce di Indonesia," ujar Fui Kian.
Berdasarkan laporan data yang dirilis Asosiasi Fintech Indonesia dan Tech in Asia pada 2016, sebesar 80 persen pertumbuhan perdagangan online saat ini didominasi oleh transaksi jual beli via social commerce.
Meski kini banyak penggunaan metode tradisional pada Facebook, Instagram, BBM, LINE, dan WhatsApp, nyatanya masih ada 2,7 juta transaksi di setiap harinya.
(Jek/Cas)