Sukses

Vivo Lampaui Standar TKDN Ponsel 4G

PT Vivo Mobile Indonesia mengaku telah memenuhi TKDN hingga 32 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Vivo mengklaim telah melampaui standar Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) ponsel 4G sebesar 30 persen yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 65/2016.

Vendor smartphone asal Tiongkok itu mengaku telah memenuhi TKDN hingga 32 persen. Prestasi ini tak lain berkat kehadiran pabrik perakitan smartphone Vivo yang berada di Cikupa, Tangerang.

Vivo berencana untuk membangun pabrik keduanya di Indonesia pada akhir 2017, yang diharapkan dapat mendorong tercapainya target persentase TKDN hingga 40 persen di tahun depan.

Peter Wang, Brand Director Vivo Mobile Indonesia menuturkan, PT Vivo Mobile Indonesia selalu berusaha untuk meningkatkan nilai isian dalam persentase komponen produksi dalam negeri serta berkomitmen untuk terus menjalankan bisnisnya di Indonesia.

“Puji syukur karena persentase TKDN Vivo telah berhasil memenuhi syarat pemerintah dan bahkan lebih. Pemenuhan TKDN ini juga merupakan salah satu bukti bahwa kami bersungguh-sungguh menjalankan bisnis di Indonesia,” kata Peter kepada Tekno Liputan6.com, Rabu (3/5/2017) di Jakarta.

Selain pembangunan pabrik, Vivo juga berencana untuk membangun Pusat Pengembangan Riset (R&D) di Indonesia. Menyusul tujuh pusat R&D yang tersebar di Beijing, Shenzhen, Hanzou, Nanjing, Chang'an China serta San Diego dan Sillicon Valley, Amerika Serikat.

Pembangunan Pusat R&D di Indonesia, tutur Peter, dipersiapkan untuk memenuhi pasar di Asia Tenggara serta menjadikan Indonesia sebagai salah satu kiblat untuk tren teknologi smartphone di kawasan tersebut.

Pabrik Vivo di Cikupa, Tangerang. Dok: PT Vivo Mobile Indonesia

“Sebagai salah salah satu pasar smartphone terbesar di Asia Pasifik, Indonesia merupakan pasar penting bagi Vivo. Kami ingin terus mengembangkan diri menjadi smartphone terfavorit di Indonesia dan secara konsisten memberikan inovasi teknologi untuk kemajuan bersama,” tutup Peter.

Ke depan, Vivo menargetkan cakupan produksi lokal hingga 1 juta smartphone per tahun. Penambahan pabrik lokal kedua di Indonesia diharapkan tak hanya dapat beroperasi memenuhi permintaan pasar smartphone, namun juga menjadi kontribusi nyata untuk mendukung peningkatan perekonomian Indonesia.

(Isk/Ysl)