Liputan6.com, Jakarta - MOOC (Massively Online Open Courses), atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Kelas Belajar Online, memanfaatkan jaringan internet untuk memberikan layanan belajar jarak jauh (distance learning). Sejumlah kampus ternama di seperti MIT dan Stanford University menawarkan MOOC kepada pengguna di seluruh dunia.
Dalam beberapa tahun belakangan ini cukup banyak pihak ketiga dan startup lokal Indonesia menawarkan layanan serupa, baik gratis (freemium) maupun berbayar (premium). Lantas, bagaimana popularitas dan peluang platform kelas belajar online di Indonesia?
Advertisement
Baca Juga
Mengacu pada survei yang digelar oleh DailySocial.id bekerja sama dengan JakPat terhadap 1.023 responden yang diambil dari seluruh populasi Indonesia, ternyata lebih dari separuh responden (56,11 persen) pernah mendengar istilah MOOC atau kelas belajar online. Namun sebagian besar (78,30 persen untuk kelas belajar online lokal dan 79,77 persen untuk kelas belajar online luar negeri) di antara mereka belum pernah mencobanya.
Dari sekian banyak penyedia layanan kelas belajar online dari luar negeri, Duolingo termasuk paling populer (9,17 persen) di kalangan responden dalam survei ini, diikuti oleh OpenCourseware (4,68 persen), Coursera (4,29 persen), dan Khan Academy (4 persen).
Sementara untuk penyedia layanan lokal, beberapa nama yang disebut adalah IndonesiaX (7,62 persen), Kelase (3,42 persen), dan BangsaCerdas (7,92 persen).
Di platform kelas belajar online, lebih dari setengah responden memilih bahasa asing (57,45 persen) dan teknologi informasi (56,03 persen) sebagai bidang yang mereka pelajari. Bidang-bidang lainnya termasuk bisnis (26,95 persen) dan ilmu pasti (23,40 persen).
Bidang Studi
Adapun tiga bidang studi teratas yang ingin mereka pelajari, tetapi belum terealisasi, adalah bahasa asing (44,67 persen), teknologi informasi (38,71 persen), dan bisnis (34,31 persen).
Terkait keinginan untuk mengikuti kelas belajar online, tiga hambatan teratas yang dialami responden adalah tidak memiliki waktu senggang atau cukup waktu (45,94 persen), memiliki masalah dengan koneksi internet (32,94 persen), dan bidang studi yang diminati tidak tersedia atau mahal (27,66 persen).Â
Seiring dengan video yang makin banyak diminati sebagai konten digital di internet, 53,37 persen responden menganggap konten video sangat penting mereka dalam mengikuti kelas belajar online.Â
Temuan menarik lainnya adalah responden menilai kualitas layanan internet di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan mereka untuk mengikuti kelas belajar online.
(Why/Isk)
Advertisement