Sukses

Kisah Wanita Indonesia yang 'Dilamar' Google

Sebagai salah satu dari 50 IndoGooglers yang bekerja di Mountain View, Amanda mengisahkan bagaimana dirinya meniti karier di Google.

Liputan6.com, Mountain View - Salah satu dream job semua calon pelamar kerja, baik itu fresh graduates atau yang sudah berpengalaman, adalah ingin meniti karier di sebuah perusahaan besar, tak terkecuali di Google.

Bagaimana tidak, Google kini dipandang sebagai salah satu perusahaan teknologi paling prestisius di dunia. Gaji tinggi, fasilitas mewah di mana-mana, belum lagi "koneksi" yang luas sampai ke jaringan luar negeri jadi jaminan mutlak bagi Googlers (sebutan karyawan Google).

Apalagi, semua yang disebutkan barusan sudah pasti akan dialami oleh Googlers yang bekerja di kantor pusatnya, Googleplex, di Mountain View, California, Amerika Serikat (AS).

Nah, dengan segala kelebihan yang ditawarkan Google, apakah memang benar-benar asyik bekerja di perusahaan ini? Terutama mengingat Google juga termasuk sebagai salah satu perusahaan yang selektif memilih karyawannya.

Diketahui, Google pernah menerima 5.000 pelamar dari 2 juta lamaran. Saat itu, peluang calon pelamar 400 banding 1. Jelas saja, bekerja dengan orang-orang pilihan pasti jadi tantangan besar.

Amanda Surya, salah seorang karyawan Google berkebangsaaan Indonesia (atau juga sering disebut IndoGooglers), menanggapi asumsi ini dengan santai.

Sebelum beranjak ke kisah Amanda, ada sedikit catatan. Amanda adalah salah satu dari sekitar 50 IndoGooglers yang bekerja di Google Mountain View.

2 dari 2 halaman

Pengalaman Amanda di Google

IndoGooglers yang bekerja di Google Mountain View, Amerika Serikat. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Kiprahnya di Google bisa dibilang sangat berpengalaman. Hingga kini, ia sudah berkarier di Alphabet—induk perusahaan Google selama hampir 11 tahun. Ia sempat bekerja di tim YouTube, Google Wallet, dan Android. Sekarang, Amanda menjabat sebagai Head of Engineering Program Management untuk Nest di Alphabet.

Amanda mengatakan, pengalaman bekerja di Google sangat seru dan menantang. Menurut dia, Google adalah perusahaan yang mengeluarkan banyak produk untuk menjangkau jutaan pengguna.

“Selalu ada yang baru, saya sudah mengerjakan bermacam-macam produk dan proyek selama hampir 11 tahun ini. Tantangannya berbeda-beda karena produknya juga bervariasi,” kata Amanda kepada Tekno Liputan6.com di Googleplex, Mountain View, California, Amerika Serikat, Selasa (16/5/2017).

Wanita lulusan Carnegie Mellon University ini pun mengungkapkan, ia tidak pernah berpikir untuk melamar ke Google. Malah, dirinya yang dikejar Google untuk ditawari pekerjaan.

Tetap saja, Amanda harus mengikuti sejumlah tes dan interview. Saat itu, ia diberi tugas membuat program komputer dalam waktu dua hari.

“Waktu itu dua hari, kalau bagus langsung dipanggil interview. Saya bikin program coding. Dulu Google lebih kecil, tidak seperti sekarang sudah besar sekali. Jadi saat itu sistem perekrutan lebih selektif,” ia menerangkan.

Meski kebanyakan IndoGooglers lulusan dari kampus luar negeri, bukan berarti Google hanya menerima yang menimba ilmu di luar Indonesia. Amanda mengatakan, ada juga yang berasal dari kampus lokal di Indonesia. Sayang ia tidak mengingat namanya.

“Kuncinya kalau mau masuk Google, ya percaya diri. That’s the most important part. Jangan sampai ada mindset, saya ini tuh dari Indonesia. Pasti kalah sama yang dari negara lain. Kalau mikirnya itu terus, pasti susah masuk (Google),” pungkas Amanda.

(Jek/Ysl)