Liputan6.com, Jakarta - Akhir minggu lalu, penduduk dunia tak terkecuali Indonesia dikejutkan dengan serangan ransomware WannaCry. Ransomware 'licik' ini menyerang komputer milik berbagai organisasi dan secara otomatis mengenkripsi data-data, kemudian si hacker bakal meminta tebusan atas data yang disandera itu.
Ahli keamanan dari perusahaan siber seperti Kaspersky Lab dan lainnya menyarankan korban untuk tidak membayarkan tebusan yang diminta hacker. Apa alasannya?
Pre-Sales Specialist Kaspersky Lab Indonesia Jemmy Handinata mengatakan, jika korban membayar tebusan ke hacker, penjahat siber itu bakalan senang dan merasa aksinya diapresiasi. Oleh karenanya, besar kemungkinan para hacker akan kembali melakukan aksi jahatnya ketika korban memberi tebusan.
Advertisement
Baca Juga
"Kami rekomendasikan agar korban tidak memberikan tebusan pada pelaku, karena saat kita bayar, kita memberikan mereka supply uang supaya mereka terus bekerja lagi. Ibaratnya seperti memberikan gaji pada hacker agar mereka melakukan serangan lagi," kata Jemmy ditemui usai peluncuran antivirus Kaspersky Small Office Security untuk UKM di Jakarta, Jumat (19/5/2017).
Meski begitu, Jemmy menyebut kalau ke depannya tren serangan siber dalam bentuk ransomware atau malware bakal terus meningkat.
"Ibaratnya, ini kayak tahap awal, ke depan pasti akan ada lagi. Sebenarnya, serangan siber itu banyak, tetapi tidak terlalu tereskpos ke publik, Mungkin hanya kalangan IT yang tahu," ujar Jemmy.
WannaCry sendiri, menurut Jemmy bisa tersebar masif lantaran si pelaku menggunakan celah keamanan Windows yang ditemukan oleh pihak lain. Karena ia berhasil mencuri celah keamanan di OS yang masif digunakan di seluruh dunia, maka peredarannya bisa sangat luas, hingga menyerang hampir 300 ribu unit komputer di 150 negara.
Tak mustahil juga kalau celah keamanan ini dimanfaatkan oleh pihak lain untuk menyerang dengan malware jenis lainnya.
Untungnya, saat ini penyebaran ransomware WannaCry telah menurun drastis dibandingkan akhir pekan lalu.
"Namun bukan tidak mungkin hacker atau pelaku serangan siber lainnya berhenti menyebarkan malware lainnya. Malware dengan nama lain pasti akan ada lagi," ucap Jemmy.
(Tin/Isk)