Liputan6.com, Jakarta - Induk usaha Google, Alphabet, akan bekerja sama dengan Pemerintah Vietnam untuk memberantas informasi ilegal dan "beracun" dari platform-nya. Kesepakatan ini dibuat saat Chairman Alphabet Eric Schmidt dan Perdana Menteri Vietnam Xuan Phuc, bertemu di Hanoi.
"Erich Schmidt mengatakan akan sangat kooperatif dengan Vietman untuk menghapus informasi 'beracun', yang melanggar hukum Vietman dan mempertimbangkan untuk membuka kantor perwakilan di negara ini," demikian keterangan tertulis dari Pemerintah Vietnam, seperti dikutip dari Reuters, Senin (29/5/2017).
Di sisi lain, Google menyatakan tidak memiliki rencana untuk segera membuka kantor di Vietnam. Namun raksasa mesin pencari itu menegaskan, pihaknya memiliki kebijakan yang jelas tentang permintaan penghapusan konten dari pemerintah.
Advertisement
"Kami mengandalkan pemerintah untuk memberitahu kami tentnag konten yang mereka yakini ilegal melalui berbagai proses resmi. Bila sesuai, kami akan membatasinya setelah tinjauan menyeluruh," jelas juru bicara Google, Taj Meadows.
Baca Juga
Kesepakatan Google dan Vietnam cukup menarik perhatian, mengingat negara itu selama ini disorot karena dinilai hanya sedikit mentolerir perbedaan pendapat. Kelompok hak asasi manusia dan negara-negara barat mengkritik langkah Vietnam, yang menangkap para blogger anti-pemerintah.
Vietnam pada Februari, mengeluhkan konten serangan dan anti-pemerintah "beracun" di Facebook dan aplikasi YouTube. Negara tersebut menekan perusahaan domestik untuk menahan iklan mereka, sampai perusahaan-perusahaan media sosial tersebut menemukan solusi mengatasi konten semacam itu.
Lebih lanjut, Schmidt tidak hanya bertemu dengan Perdana Menteri Vietnam, melainkan juga dengan sejumlah tokoh penting Vietnam dari berbagai bidang, termasuk penyanyi dan aktivis Mai Khoi.
"Saya mengatakan kepada Schmidt tentang isu sensor internet Vietnam dan ia mengatakan tahu tentang hal tersebut dan akan berusaha meningkatkan kebebasan internet di sini," kata Khoi.
Vietnam memang hanya memiliki bagian kecil dalam operasional bisnis perusahaan seperti Facebook dan Google, tapi merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia.
Selain itu, negara tersebut juga menjadi target "panas" untuk investasi bagi berbagai merek konsumen global. Menurut data agensi domestik Isobar Vietnam, YouTube dan Facebook menguasai dua pertiga pangsa pasar media digital di Vietnam.
(Din/Isk)