Liputan6.com, Tokyo: Tim peneliti Jepang telah menemukan cara untuk meningkatkan keberhasilan kloning binatang. Keberhasilan kloning ini terjadi setelah melakukan percobaan dengan menggunakan tikus selama hampir 8 kali percobaan. Penelitian juga dilakukan dengan memproduksi hewan yang memiliki kesamaan identik secara genetik.
Percobaan tersebut dilakukan dari kulit dan sel-sel lain untuk memproduksi sapi dan babi berkualitas secara massal. Namun, masalah utama dalam percobaan kloning adalah keguguran, serta kelahiran akibat kematian janin di dalam rahim atau stillbirth. Untuk menentukan penyebab masalah tersebut, tim peneliti termasuk dari pusat peneliti Riken di Kota Tsukuba,Jepang, meneliti dengan menggunakan tikus. Mereka mengkaji bagaimana gen dalam tubuh bekerja dalam mereproduksi. Hasilnya, tim Peneliti menemukan beberapa jenis gen kromosom X tikus menjadi normal secara aktif ketika klon tumbuh dalam rahim.
Atsuo Ogura, kepala tim peneliti Divisi Rekayasa, mengatakan bahwa timnya juga telah menemukan kelainan dalam gen selama kloning sapi. Temuan tersebut akan membantu meningkatkan teknologi kloning. Setelah hampir 700 percobaan, tim peneliti menemukan hanya 1,6 persen dari klon mengakibatkan kelahiran normal dalam metode kloning biasa. Namun, mereka juga menemukan tingkat kelahiran meningkat menjadi 12,7 persen, atau 7,9 kali, ketika mereka menahan pengaruh gen. Mereka menyimpulkan bahwa gen berada di balik tingginya tingkat keguguran dan stillbirths dalam kloning.(NHK/ARI)
Percobaan tersebut dilakukan dari kulit dan sel-sel lain untuk memproduksi sapi dan babi berkualitas secara massal. Namun, masalah utama dalam percobaan kloning adalah keguguran, serta kelahiran akibat kematian janin di dalam rahim atau stillbirth. Untuk menentukan penyebab masalah tersebut, tim peneliti termasuk dari pusat peneliti Riken di Kota Tsukuba,Jepang, meneliti dengan menggunakan tikus. Mereka mengkaji bagaimana gen dalam tubuh bekerja dalam mereproduksi. Hasilnya, tim Peneliti menemukan beberapa jenis gen kromosom X tikus menjadi normal secara aktif ketika klon tumbuh dalam rahim.
Atsuo Ogura, kepala tim peneliti Divisi Rekayasa, mengatakan bahwa timnya juga telah menemukan kelainan dalam gen selama kloning sapi. Temuan tersebut akan membantu meningkatkan teknologi kloning. Setelah hampir 700 percobaan, tim peneliti menemukan hanya 1,6 persen dari klon mengakibatkan kelahiran normal dalam metode kloning biasa. Namun, mereka juga menemukan tingkat kelahiran meningkat menjadi 12,7 persen, atau 7,9 kali, ketika mereka menahan pengaruh gen. Mereka menyimpulkan bahwa gen berada di balik tingginya tingkat keguguran dan stillbirths dalam kloning.(NHK/ARI)