Sukses

Pesan Penipuan Berkedok Langganan WhatsApp Incar Pengguna

Penipu merayu pengguna WhatsApp untuk membayar biaya berlangganan aplikasi.

Liputan6.com, Jakarta - Pesan berisi penipuan mengancam pengguna WhatsApp. Kali ini, penipu merayu pengguna WhatsApp untuk membayar biaya berlangganan aplikasi. Padahal biaya berlangganan aplikasi yang disebar itu adalah penipuan belaka.

Mengutip laporan Independent, Minggu (4/6/2017), sejumlah pengguna menerima pesan palsu yang mengklaim masa langganan aplikasi WhatsApp telah berakhir. Pada pesan yang sama, penipu mengajak pengguna mengklik tautan untuk melanjutkan langganan aplikasi WhatsApp.

Melalui modus ini, pesan penipuan pun menyebar antarpengguna dengan cepat. Sebenarnya pesan seperti ini memang tak begitu meyakinkan dan jelas merupakan penipuan.

Aplikasi perpesanan milik Facebook itu sebenarnya bisa diunduh dan digunakan secara gratis. Sebenarnya beberapa waktu lalu WhatsApp memang menerapkan biaya berlangganan, tetapi kini opsi berlangganan itu sudah ditiadakan. Kemungkinan, mereka yang tak terlalu familiar dengan aplikasi ini bisa saja menjadi korban.

Sekadar diketahui, dalam pesan penipuan yang disebarkan berantai, tertulis "Masa berlangganan Anda telah selesai. Untuk verifikasi akun dan berlangganan selamanya hanya 0.99 GDP (US$ 1,27). Silakan klik tautan ini."

Jika kamu mendapatkan pesan seperti di atas, jangan pernah tergiur untuk mengklik tautan itu, apalagi membagikannya ke orang lain. Lebih baik, langsung hapus pesan tersebut. Kamu juga bisa memblokir pengirim pesan yang tak kamu kenal, sehingga mereka tak bisa lagi coba-coba menghubungi dan menipu kamu.

Sebelumnya Pakar Keamanan Siber dan Kriptografi Pratama Persadha mengatakan, modus penipuan melalui pesan singkat seperti WhatsApp memang sudah ada sejak lama dengan model beragam.

"Ada yang menyebarkan spam chat dengan iming-iming hadiah, ada juga yang menaruh situs palsu untuk tujuan phishing. Namun intinya tetap sama, yaitu pelaku mengincar keuntungan secara ekonomi dengan menipu korbannya," kata Pratama beberapa waktu lalu.

Ia menyebutkan, penerima pesan yang belum teredukasi, paling rentan terhadap penipuan siber semacam ini. "Tautan ini dibuat menyerupai aslinya, baik dari nama situs ataupun tampilannya. Padahal, bisa saja pada situs tersebut sudah dipasang malware, jadi perangkat pengguna akan langsung terinfeksi saat membuka situs tersebut," kata Pratama.

(Tin/Why)