Sukses

Bos Tesla Mundur dari Dewan Penasihat Trump, Ada Apa?

CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, mengundurkan diri sebagai dewan penasihat Gedung Putih. Mengapa?

Liputan6.com, Jakarta - Keputusan Amerika Serikat (AS) untuk keluar dari Kesepakatan Iklim Paris menuai sejumlah kecaman. Bahkan, tak sedikit tokoh penting yang memilih untuk mundur dari lingkaran internal Presiden Donald Trump.

Salah satunya dilakukan oleh CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, yang mengundurkan diri sebagai dewan penasihat Gedung Putih. Keputusan itu diambil setelah ia merasa langkah AS keluar dari Kesepakatan Iklim Paris tidak berdampak baik untuk Amerika ataupun dunia.

Sebagai informasi, Kesepakatan Iklim Paris merupakan upaya beberapa negara untuk memperlambat perubahan iklim. Dalam kesepakatan tersebut, ditetapkan batasan emisi karbon yang telah banyak dianut komunitas bisnis.

Trump mengambil keputusan ini karena menganggap Kesepakatan Iklim Paris sebagai upaya negara lain untuk mendapatkan keuntungan finansial dari AS. Karena itu, selama ia memimpin, AS tak akan pernah menyetujui kesepakatan seperti itu.

"Saya meninggalkan dewan pertimbangan presiden. Perubahan iklim itu nyata," tulis Musk melalui akun resminya di Twitter seperti dikutip dari Telegraph, Sabtu (3/5/2017).

Pria berumur 45 tahun itu juga menuturkan telah melakukan sejumlah upaya untuk meyakinkan Presiden Trump untuk tetap menjadi bagian kesepakatan itu, tetapi tak membuahkan hasil.

Untuk informasi, Musk sebelumnya merupakan anggota forum strategis dan kebijakan dalam kepemimpinan Presiden Trump. Ia mengemban tugas itu sejak Trump resmi memimpin Amerika Serikat tahun lalu.

Selain Musk, petinggi perusahaan yang menyuarakan protes terkait langkah pemerintah Amerika Serikat ini adalah CEO Facebook Mark Zuckerberg. Melalui akun resminya, ia menyebut keputusan ini buruk untuk lingkungan, ekonomi, dan generasi selanjutnya.

"Menghentikan perubahan iklim merupakan sesuatu yang dapat kita lakukan sebagai masyarakat global, dan hal itu harus dilakukan bersama-sama sebelum terlambat," tulisnya. Ia juga menyebut komitmen Facebook untuk membangun pusat data baru dengan energi yang seratus persen terbarukan.

(Dam/Why)