Liputan6.com, Jakarta - Serangan siber ransomware Petya kini makin mengkhawatirkan. Ratusan ribu komputer di 64 negara dilaporkan telah jadi korban ransomware yang mulanya menyerang Ukraina.
Menurut Wakil Ketua Id-SIRTII Bisyron Wahyudi, jika ransomware Petya telah menyerang sebuah file, seluruh data akan terenkripsi pada komputer. Dibandingkan WannaCry yang menggemparkan dunia Mei lalu, modus Petya sedikit berbeda.
Advertisement
Baca Juga
Ransomware Petya akan melakukan proses booting secara paksa. Jika tak berhasil, sistem pada komputer akan mengalami crash, sehingga mau tak mau, pengguna akan melakukan proses booting. Selanjutnya Petya akan melakukan enkripsi terhadap komputer.
Saat itulah penjahat siber meminta tebusan dengan mata uang Bitcoin dengan nilai US$ 300 melalui email jika datanya ingin bisa diakses kembali.
Lantas, bagaimana ransomware ini bisa menyerang korbannya?
Bisyron menjelaskan, berdasarkan kasus kemunculan awal ransomware Petya di Ukraina, ransomware tersebut menyerang korban melalui email tipuan atau phishing.
"Penjahat siber mengirim email seolah dari lembaga resmi seperti perbankan atau perusahaan. Untuk kasus Petya, korban seolah menerima email lowongan kerja. Ini yang pertama kali ditemukan di Ukraina," kata Bisyron.
Bisyron melanjutkan, dalam email tersebut terdapat file yang berisi formulir yang harus diisi. "Ketika file dibuka, rupanya virus itu langsung menginstal dan menyebar ke seluruh jaringan komputer korban," katanya.
Menurutnya, jika komputer dalam satu jaringan terkena ransomware Petya, komputer lain yang berada di jaringan yang sama bisa ikutan terkena Petya tanpa harus melalui email phishing lagi.
Untuk itulah, pihaknya mengingatkan agar masyarakat selalu berhati-hati saat membuka file yang dikirimkan oleh orang yang tak dikenal.
(Tin/Ysl)
Tonton Video Menarik Berikut Ini: