Liputan6.com, Jakarta - Sifat open source dari Android menjadi tantangan tersendiri bagi Google. Dalam beberapa tahun terakhir, raksasa mesin pencari itu tengah berperang melawan malware yang menginfeksi aplikasi di Google Play Store.
Kini Google menggunakan machine learning dan kecerdasan buatan untuk menemukan masalah yang ada di aplikasi sebelum pengguna memasangnya di smartphone.
Mengutip laman The Verge, Jumat (14/7/2017), Google menjelaskan bagaimana cara kerja machine learning dan kecerdasan buatan untuk mengelompokkan (peer grouping) aplikasi guna membuat Google Play tetap aman.
Advertisement
Baca Juga
Menurut engineer Google, konsep peer grouping sebenarnya sangat sederhana. Caranya dengan membandingkan data mengenai aplikasi-aplikasi yang memiliki fungsi sama. Aplikasi tersebut bisa mengidentifikasi aplikasi lain yang dinilai sebagai aplikasi jahat.
Misalnya saja, saat meninjau 20 aplikasi kalkulator, jika ada aplikasi kalkulator yang meminta izin untuk mengakses mikrofon, lokasi, dan kontak pada smartphone, hal itu dianggap tak baik.
Selanjutnya, sistem Google akan menandai secara otomatis dan engineer yang bertugas menjaga keamanan pun akan menilai lebih lanjut aplikasi tersebut. Berbagai metrik pun akan dipakai untuk mengelompokkan aplikasi mulai dari deskripsi, metadata, dan statistik pemasangan.
Peer grouping pun dibuat sesuai dengan kategori aplikasi. Begitu dinilai ada yang tak sesuai, engineer bisa menindaklanjutinya.
"Kami fokus pada petunjuk yang bisa memberi efek negatif pada privasi pengguna. Misalnya, apakah sebuah aplikasi meminta izin atas fitur di smartphone sesuai kegunaannya," kata Martin Pelikan, Tim Keamanan dan Privasi Google.
Ia memberi contoh, sebuah aplikasi senter tak seharusnya meminta izin akses kontak milik pengguna. Oleh karena itu, aplikasi tersebut perlu diteliti lebih lanjut.
(Tin/Why)
Tonton Video Menarik Berikut Ini: