Sukses

Mengenal Asgardia, Negara Luar Angkasa yang Diburu Ribuan WNI

Hingga kini, ada 5.978 WNI yang sudah mendaftar untuk menjadi calon penduduk Asgardia.

Liputan6.com, Jakarta - Meski baru hanya konsep, nama Asgardia sudah diburu banyak orang. Bagaimana tidak, Asgardia diklaim akan menjadi negara pertama yang akan berdiri di luar angkasa. Negara tersebut pertama kali didirikan oleh ilmuwan asal Rusia bernama Igor Ashurbeyli.

Asgardia memang belum resmi berdiri. Namun, "pemerintah" negara tersebut sudah mengadakan proses seleksi calon penduduk.

Mereka memperkenankan siapa pun--penduduk dari semua negara yang ada di Bumi--mendaftar ke negara antariksa ini. Sampai sekarang, sudah ada lebih dari setengah juta penduduk Bumi yang mendaftar jadi warga Asgardia.

Sejak pendaftaran dibuka, ada 270 ribu penduduk Bumi mendaftarkan diri. Yang cukup menarik, Warga Negara Indonesia (WNI) turut memegang porsi besar dalam pendaftaran Asgardia.

Menurut informasi yang diungkap di laman resmi Asgardia, Kamis (27/7/2017), ada 5.978 WNI yang mendaftarkan diri menjadi Asgardian--julukan untuk calon warga negara tersebut.

Adapun jika dipecah, ribuan WNI calon Asgardia yang sudah mendaftar 84 persennya adalah laki-laki, sedangkan 16 persennya adalah wanita.

Dari peta yang ada di laman web-nya, tampak persebaran pendaftar di Indonesia tersebar di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Denpasar, Yogyakarta, Bekasi, Banjarmasin, Makassar, Gorontalo, dan kota-kota lain di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

Mengacu dari laman web tersebut, ada 855 orang dari Jakarta yang mendaftarkan diri untuk menjadi penduduk Asgardia. Disusul Bandung dengan 343 orang, Surabaya sebanyak 248 orang, Tangerang sebanyak 240 orang, dan Bekasi ada 231 orang.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Asgardia Akan Menyerupai Wahana Luar Angkasa Raksasa

Untuk informasi, Asgardia tidak akan mengambil tempat di Bumi. Negara itu justru akan berlokasi di luar angkasa, dengan wilayah berupa wahana raksasa.

Walau pendaftaran dibuka untuk siapa pun, mereka tetap menetapkan syarat tertentu bagi yang ingin menjadi warga negara Asgardia.

Salah satunya adalah pemerintah Asgardia tidak bisa merekrut warga negara yang enggan berbagi informasi data diri secara transparan. Mereka pun tidak dapat mendaftarkan warga negara dari hewan dan robot.

Bagi yang direkrut sebagai warga, mereka akan mengantongi sertifikat Asgardia dan resmi menjadi Asgardian, tetapi tetap memiliki status dwi-kewarganegaraan.

Layaknya negara-negara Bumi, Asgardia juga akan membentuk pemerintahan demokrasi berdasarkan hukum. Warga negara Asgardia pun nanti diminta untuk turut andil memberikan suara demi sistem perumusan dasar konstitusi negara tersebut.

Tujuan dibangunnya Asgardia didasari tiga asas utama dari aspek ilmu alam dan teknologi. Pertama, Asgardia didirikan untuk menjamin kehidupan antariksa secara damai. Kedua, Asgardia hadir untuk melindungi Bumi dari ancaman objek luar angkasa, seperti komet, badai matahari, dan masih banyak lagi.

Selain itu, Asgardia juga akan menciptakan ilmu pengetahuan luar angkasa ke negara-negara berkembang yang belum memiliki akses.

3 dari 3 halaman

Asgardia, Negara Demokratis yang Sarat dengan Teknologi

Terkait tempat tinggal, wahana Asgardia akan mengambil konsep desain futuristik, layaknya pesawat luar angkasa megah di film-film fiksi ilmiah. 

Wahana tersebut bisa menampung setidaknya 150 juta jiwa, dan dirancang oleh ahli-ahli antariksa dari Kanada, Rumania, Rusia, dan Amerika Serikat (AS).

Ashurbeyli mengatakan, Asgardia diambil dari wilayah hunian para dewa Nors, yakni Asgard. Nama ini juga hadir sebagai kota fiktif yang ada di film Thor.

Menurutnya, Asgardia akan menjadi wilayah yang demokratis, warga negara pun diberikan kebebasan untuk berkreasi dengan teknologi buatan mereka.

Pun demikian, masih butuh jalan panjang agar Asgardia akhirnya bisa berdaulat di Tata Surya dan diakui negara-negara lain. Ke depannya, Ashurbeyli akan membawa proposal Asgardia untuk didaftarkan menjadi sebuah negara ke Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

(Jek/Cas)