Liputan6.com, Beijing - Sebuah studi mengungkap baterai ponsel berbodi besar kelak digantikan baterai dengan ukuran yang lebih ramping dan fleksibel.
Studi yang dipublikasikan jurnal berjudul Chem itu menjelaskan bahwa baterai fleksibel ini juga akan ditenagai oleh air laut.
Advertisement
Baca Juga
Karena fleksibel, baterai akan mengusung bentuk yang mirip kertas. Ilmuwan pengembang baterai itu bahkan mengklaim baterai bisa dilipat-lipat, tanpa merusak performanya.
"Ia pasti lebih aman karena berbeda dengan baterai ponsel konvensional sekarang yang ditenagai oleh kandungan kimia beracun. Baterai ini akan memanfaatkan air laut yang mana mengandung cairan rehidrasi dari teknologi IV (Intravenous Therapy)," tulis keterangan studi sebagaimana dikutip The Verge, Selasa (16/8/2017).
Sejauh ini, ilmuwan asal Tiongkok tersebut baru saja mengembangkan dua sampel baterai ponsel terbaru ini: yang satu berbentuk ikat pinggang, sedangkan yang satunya lagi mengusung desain nanotube.
Mereka pun menjajal senyawa yang dianggap setara dengan kemampuan air laut, seperti sodium sulfate dan saline (kandungan yang mirip dengan garam).
(Jek/Cas)
Tonton Video Menarik Berikut Ini:
Isi Ponsel dengan Urin
Air laut bukan menjadi satu-satunya media yang mampu mengisi kapasitas baterai.
Pada 2016, sekelompok ilmuwan University of the West of England di Bristol, Inggris, menciptakan sebuah penemuan yang dapat mengisi baterai ponsel dari urine manusia.
Mereka memanfaatkan teknologi sel microbial fuel yang dapat mengisi baterai ponsel sama halnya dengan menggunakan kabel charger.
"Setiap 600 ml, urine mampu membuat ponsel dapat menelepon paling lama hingga tiga jam," kata Ionannis Ieropoulos, pemimpin tim ilmuwan.
Ieropoulos mengklaim, timnya menjadi yang pertama mengembangkan teknologi seperti ini. Ia juga mengungkapkan, "Saat ini kami tengah mengembangkan inovasi tersebut di University of the West of England di Bristol."
"Di masa lalu sel microbial fuel sebetulnya sudah diklaim dapat mengisi baterai ponsel, namun belum ada bukti. Kini kami akan memperlihatkan sel tersebut benar-benar bisa dimanfaatkan untuk mengisi baterai perangkat teknologi," tutur Ieropoulos lagi.
Meski begitu, ia tidak menyatakan teknologi ini bisa diadopsi untuk saat ini. "Ini merupakan studi jangka panjang. Kami tengah menguji sistem energy-harvesting dari sel microbial fuel dan butuh waktu lama. Bisa bertahun-tahun. Jadi bisa dibilang kami menciptakan 'bekal' untuk masa depan," Ieropoulos menambahkan.
Urine ini, kata Ieropoulos, nantinya bisa disimpan dalam sebuah perangkat seperti power bank atau bisa langsung dihubungkan via kabel ke ponsel untuk mengisi baterai.
Sel itu juga termasuk ke dalam sumber energi terbarukan dan lebih murah dari platinum yang biasanya digunakan sebagai bahan dasar alat pengisian baterai.
(Jek)
Advertisement