Sukses

Bisa Sembuhkan Depresi, Robot Seks Ini Dijual Rp 133 Juta

Perusahaan robotik True Companion akan menjual lini robot seks terbarunya yang kelak bisa menyembuhkan depresi.

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi robot humanoid memang belum sepenuhnya siap untuk diadopsi. Namun, beberapa di antaranya sudah dipamerkan ke publik.

Salah satu yang cukup menarik perhatian--dan menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan, adalah robot seks.

Ya, robot seks kelak akan menyerupai manusia, apalagi didukung dengan teknologi kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) yang membuat tingkah lakunya juga sama dengan kita.

Pada waktu mendatang, perusahaan manufaktur True Companion siap memproduksi robot seks yang bisa menyembuhkan depresi pada kaum pria.

Menurut yang dilansir Mirror pada Rabu (16/8/2017), perusahaan manufaktur robot seks yang berbasis di New Jersey, Amerika Serikat (AS) itu diketahui tengah menciptakan Roxxxy, robot yang dirancang khusus untuk menemani pria yang sepi dan depresi.

Bahkan, wajah mereka bisa dirombak mirip dengan wajah kerabat terdekat yang sudah meninggal dunia, entah itu istri, pacar, atau sahabat.

Kabarnya, Roxxxy akan dijual di pasaran dengan harga sebesar 7.700 pound sterling (setara dengan Rp 133 juta). Robot ini dirancang dengan konfigurasi pengaturan perilaku.

Layaknya manusia, ia bisa merespon emosi dengan kalimat-kalimat penyemangat. Tak cuma Roxxxy, True Companion bahkan juga telah menyiapkan versi pria dari robot seks tersebut, mereka menamainya Rocky.

Alasan True Companion menciptakan robot seks ini tak lain karena tingginya permintaan konsumen untuk membeli robot yang wajahnya mirip dengan mendiang kerabat.

"Lebih dari 50 persen konsumen meminta kami menciptakan robot, di mana wajahnya mirip dengan orang yang mereka sayangi tetapi sudah meninggal dunia," kata Douglas Hines, engineer robot True Companion.

Walau mengusung embel-embel seks, robot tersebut ternyata tidak sepenuhnya dirancang untuk aktivitas dewasa. "80 persen keterlibatan Roxxxy dan Rocky itu sosial, jadi interaksinya lebih ke percakapan," ujar Hines menambahkan.

Pun demikian, tidak menutup kemungkinan jika 10-20 persen keterlibatan robot seks bisa digunakan secara seksual. "Kebanyakan konsumen toh mencari cara menyembuhkan depresinya dengan kontak fisik," timpalnya.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Robot Seks Picu Pelecehan Seksual

Keberadaan robot seks memang menuai pro dan kontra. Malah, banyak yang beranggapan robot seks bisa memicu pelecehan seksual.

Menyadari robot seks akan semakin banyak, para ilmuwan dari Foundation for Responsible Robotics memberikan peringatan dini akan risiko dari robot seks.

Menurut mereka, robot seks bisa jadi salah satu ancaman terbesar bagi umat manusia. Mereka khawatir robot seks bisa disalahgunakan dan bahkan meningkatkan risiko kasus pelecehan seksual di masyarakat.

"Mesin yang dibuat dengan kecerdasan buatan adalah konsep yang luar biasa, tetapi jika diciptakan untuk kebutuhan lahir, seperti seks, tentu berisiko. Kita kan tidak tahu, bisa saja robot-robot ini dibeli pihak tak bertanggung jawab dan disimulasikan untuk hal-hal berbau pelecehan seksual,” ujar ilmuwan Profesor Noel Sharkey dari University of Sheffield, sebagaimana dikutip dari Mirror.

Berbanding dengan apa yang dikhawatirkan Profesor Sharkey, Hellen Driscoll, seorang psikolog ilmu seks yang juga meminati dunia teknologi, memandang fenomena robot seks sebagai hal lumrah. Ia mengungkap, sudah saatnya dunia terbuka terhadap "hal-hal seperti ini".

Hal yang dimaksud, ucap psikolog yang juga mengajar di University of Sunderland tersebut, merupakan fenomena di mana perangkat robotik kelak akan membaur dengan umat manusia.

Menurut dia, robot seks dinilai interaktif karena mendapatkan sokongan teknologi motion sensing.

"Untuk saat ini, manusia masih menganut norma yang mana mereka sulit untuk menerima keberadaan robot sebagai teman atau bahkan pasangan. Saya memandang hal itu sebagai proses," tutur Driscoll.

Seiring waktu berjalan, ujarnya, manusia akan menerima fakta bahwa mereka harus bergaul dengan robot. "Saya tidak berbicara soal robot seks saja, robot yang dipekerjakan di bidang lain pun juga sama," ujarnya.

"Akan ada waktunya di mana teknologi ini (Artificial Intelligence) berkembang lebih cepat dari sekarang. Di saat teknologi AI sudah melebur dengan kehidupan, di situlah manusia bisa bergaul dengan robot."

Prediksi Driscoll memang tidak mengejutkan. Sebelumnya, ia sempat mengutarakan teorinya: manusia bisa jatuh cinta dengan robot. Teori tersebut disebut 'Robophilia'.

Robophilia merupakan teknologi virtual reality yang bisa menjadi lebih realistis dan mendalam serta mampu meniru dan bahkan meningkatkan pengalaman seks dengan manusia.

Dapat dibayangkan, banyak dari mereka akan memilih untuk bercinta dengan robot ketimbang manusia. *

(Jek)