Liputan6.com, Bandung - Pesawat hasil kerja sama antara PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang bernama N219 resmi melakukan penerbangan perdana hari ini, Rabu (16/8/2017). Adapun uji coba ini dilakukan di Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung.
Dilansir Antara, uji coba perdana ini dilakukan sekitar pukul 09.10 dan memakan waktu sekitar 20 menit penerbangan di udara.
Uji coba penerbangan dilakukan setelah purwarupa ini mendapatkan Certificate of Airworthiness dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasional Pesawat Udara Kementerian Perhubungan.
Advertisement
Baca Juga
Purwarupa pesawat pertama N219 ini diterbangkan oleh pilot Kapten Esther Gayatri Saleh dan ko-pilot Kapten Adi Budi Atmoko. Penerbangan perdana ini juga menyertakan Ir. Yustinus K. yang bertindak sebagai Flight Test Engineer. Sekadar informasi, pilot Esther merupakan pilot perempuan yang memiliki spesialisasi sebagai penguji coba pesawat baru.
Sebagai informasi, N219 merupakan pesawat berkapasitas 19 orang yang diluncurkan sebagai pesawat non-militer pertama untuk kawasan perintis. Budi Sampurno selaku Program Manager N219 telah menjalankan riset pesawat N219 sejak tahun 2006.
N219 terinspirasi dari pesawat twin otter yang ketika itu tengah memasuki masa keemasan sebagai pesawat yang tangguh dan bandel. Untuk itu, tujuh insinyur dari PT DI pun mencoba pesawat twin otter untuk penerbangan di Papua. Kamu bisa melihat uji cobanya di video berikut ini:
Berangkat dari situ, tim riset mulai merumuskan pesawat baru yang cocok untuk kawasan pegunungan dan pedalaman. Desain pesawat N219 pun dibentuk untuk merancang pesawat kecil dengan 19 tempat duduk dan daya muat bagasi lebih besar dari twin otter.
Namun setelah penelitian lebih lanjut, tim menemukan bahwa rata-rata konsumen menginginkan pesawat dengan kemampuan di atas twin otter, baik dari kecepatan jelajah maupun beban yang bisa diangkut.
Untuk itu, para insinyur kemudian merancang pesawat dengan kapasitas satu penumpang yang memilki bobot maksimum 90 kg. Selain itu, sesuai peruntukannya, pesawat harus dapat mendarat di landasan yang minim fasilitas.
Inovasi utama dilakukan pada pemilihan airfoil sayap pesawat. Setelah melakukan penelitian selama dua tahun, akhirnya dihasilkan bentuk airfoil N219 dengan koefisien gaya angkat 2,9 dibandingkan pesawat twin otter yang hanya 2,35.
Pesawat N219 memiliki kabin pesawat dengan tinggi 170 cm, sehingga rata-rata orang Indonesia bisa berjalan di kabin pesawat dengan nyaman. Selain itu, pesawat ini memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat di landasan pendek, sekitar 500 meter. *
(Dam/Isk)