Sukses

Percepat Adopsi, APIC Bentuk Framework Kota Cerdas Indonesia

Kerangka smart city semacam ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada dengan pendekatan beragam

Liputan6.com, Jakarta - Implementasi kota cerdas (smart city) memang belum semasif di negara-negara lain. Meski masih rendah, adopsi smart city di Tanah Air terus berkembang.

Untuk itu, Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas(APIC) melakukan inisiasi dengan memperkenalkan pedoman pembangunan smart city di Indonesia bernama Framework Kota Cerdas Indonesia (FKCI) versi 1.0.

Menurut Ketua APIC, Suhono Harso Supangkat, dalam keterangan rilisnya, penyusunan smart city ini dipicu oleh berbagai macam persoalan di Indonesia telah mengurangi kenyamanan dan keamanan kota. Contohnya, urbanisasi.

"Ada yang memiliki persepsi bahwa smart city itu adalah kota dengan aplikasi tertentu. Ada juga yang bilang kota yang memiliki command center," ungkap Suhono, Jumat (25/8/2017).

Untuk itu, inisiasi semacam ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada dengan pendekatan beragam. "Pengembangan smart city tak lepas dengan adanya inovasi disrupsi yang terjadi di era internet, big data, hingga kecerdasan buatan," tuturnya.

Adapun, FKCI versi 1 ini saat ini masih dalam tahap pengembangan untuk dilengkapi dengan sektor lain, seperti layanan kesehatan cerdas (smart health), energi cerdas (smart energy), hingga mobilitas cerdas (smart mobility).

 

2 dari 2 halaman

Pengukuran Kota Cerdas

Definisi smart city menurut APIC, berorientasi pada peningkatan kualitas hidup melalui pengelolaan sumber daya kota secara efektif, efisien, inovatif, dan terintegrasi . 

Sementara, model kota dimulai dengan sumber daya dan kemudian diolah dan ditingkatkan oleh manusia cerdas, infrastruktur dasar, dan TIK, serta tata kelola dan budaya yang baik sebagai enabler-nya.

Selanjutnya, ada domain dan cluster yang terkait dengan Sustainable Development Goal.
Domain dibagi tiga hal, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kemudian, setiap domain memiliki cluster dan layanan, seperti smart mobility, smart energy, hingga smart health.

e-Goverment dan smart city juga dibedakan. Suhono menilai bahwa smart city harus memiliki dewan tersendiri sebagai sebuah organisasi yang menjadi tempat koordinasi dan payung transformasi.

Lebih lanjut, APIC dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) juga mendukung ITB dalam melakukan penelitian tentang "Rating Kota Cerdas Indonesia".

(Cas/Isk)

Tonton Video Menarik Berikut Ini: