Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan satelit Telkom 4 yang direncanakan meluncur pada 2018 mendatang, telah mencapai 70 persen. Hal ini diungkapkan langsung oleh Direktur Wholesale & International Service Telkom, Abdus Somad Arief, baru-baru ini.
Baca Juga
Advertisement
"Progres satelit Telkom 4 sudah mencapai 70 persen. Kami optimistis (pembangunannya) bisa lebih cepat dari jadwal keluar di pabriknya," ungkap pria yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Network & IT Solution Telkom ini.
Satelit Telkom 4 rencananya diluncurkan untuk menggantikan satelit Telkom 1 yang akan berakhir masa orbitnya pada 2020. Satelit Telkom 4 akan diluncurkan di orbit 108 derajat Bujur Timur (BT) dengan masa operasi selama 15 tahun.
Satelit ini akan membawa 60 transponder, di mana 36 transponder akan disewakan untuk kebutuhan dalam negeri, dan sisanya 24 transponder akan disewakan ke pasar India.
Adapun, Telkom telah menunjuk Space Systems Loral (SSL) dan Space X dari Amerika Serikat (AS) sebagai manufaktur dan peluncur satelit Telkom 4.
Mengurangi Ketergantungan Satelit Asing
Pria yang karib disapa Asa sebelumnya sempat menyebutkan bahwa Indonesia masih akan membutuhkan satelit, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan lebih dari 17.000 pulau di seluruh Indonesia. Pembangunan jaringan seluler dan serat optik masih dirasa sulit untuk menjangkau daerah terpencil.
Meski tidak digunakan langsung ke end-user, satelit merupakan jaringan backbone atau pendukung jaringan seluler dan serat optik. Cakupan satelit sangat luas dan memperkuat pengiriman jaringan telekomunikasi kepada masyarakat.
"Indonesia butuh satelit jangka panjang karena banyak sekali daerah di Indonesja yang harus di-cover. Makanya, kita harus menantang diri sendiri untuk membuat (satelit) dengan tangan sendiri. Tentu butuh waktu," paparnya
Selain mengkover wilayah Indonesia yang begitu luas, menurut Asa, pembangunan satelit juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap penyedia satelit asing dan menegakkan kedaulatan negara.
"Lagi pula, ini bukan hanya, pekerjaan rumah (PR) Telkom saja, tetapi juga researcher dan manufacturer. Kalau memang kita belum mampu, sewa saja dulu, tetapi research-nya tetap kita jalani. Kalau tidak cepat-cepat, kita bisa keduluan asing," tegasnya.
(Cas/Isk)
Tonton Video Menarik Berikut Ini:
Advertisement