Liputan6.com, Jakarta - Nama Qiscus mungkin sudah terdengar cukup familiar di kalangan perusahaan korporat. Ya, Qiscus yang berdiri sejak 2013 ini adalah startup penyedia aplikasi pesan instan khusus untuk kalangan pebisnis.
Simak Pula
Advertisement
Konsep mereka kala itu menciptakan layanan pesan instan khusus bagi para karyawan perusahaan untuk berkomunikasi terkait pekerjaan serta urusan pribadi.
Dan kini, Qiscus secara resmi mengumumkan perubahan model bisnis dari yang tadinya sebagai penyedia layanan pesan instan multi-platform enterprise, menjadi penyedia solusi layanan pesan instan video dan suara berbasis kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) dalam paket SDK (Software Development Kit).
Layanan tersebut diklaim hadir dalam kemampuan In-App Real Time Communications (RTC) untuk bisa meningkatkan interaksi dan efisiensi.
Adapun alasan Qiscus melakukan pivot model bisnis dikarenakan tingginya demand perusahaan yang bermitra dengan mereka.
Saat ditemui Tekno Liputan6.com dalam pertemuan terbatas di Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (30/8/2017), pendiri dan CEO Qiscus Delta Purna Widyangga, berujar "Layanan pesan instan itu sebetulnya bisa lebih dari apa yang kami tawarkan pada saat itu. Nah, dari situ banyak masukan dari klien (serta calon klien) yang pada akhirnya menginspirasi kami untuk pivot."
Dan kini, wajah baru Qiscus hadir untuk membantu sejumlah perusahaan memanfaatkan layanan komunikasi untuk 'memvirtualkan' bisnis dan bisa ekspansi melewati batas fisik.
Karena mengusung solusi anyar, Qiscus kini baru menawarkan tiga layanan yang spesifik: customer engagement, manajemen alur kerja dan komunikasi tim, serta konsultasi jarak jauh.
Untuk layanan kecerdasan buatan, Qiscus pun sudah bekerja sama dengan startup Kata.ai dan beberapa startup penyedia solusi kecerdasan buatan lainnya.
Dengan begitu, diharapkan perusahaan yang bermitra dengan Qiscus bisa menggunakan teknologi chatbot dalam ruang chat Qiscus.
"Di sini kami tidak mengembangkan chatbot secara individual. Kami justru bekerja sama dengan pihak lain. Jadi, Qiscus di sini hanya fokus untuk menyediakan 'mesin' yang nantinya mengandalkan chatbot saat mengakses Qiscus chat," tambah Delta.
Suntikan Dana
Terkait perusahaan klien yang sudah bermitra dengan Qiscus, dijelaskan Delta lebih lanjut, adalah beberapa perusahaan dan startup teknologi yang bergerak online.
Di antaranya seperti Ruangguru, Doku, HaloDoc, dan Telkom Indonesia. Sektor ini dinilai berpotensi besar karena akan terus tumbuh pesat di Indonesia maupun Asia Tenggara.
Soal pendanaan, Qiscus sejauh ini sudah mendapatkan kucuran dana dua kali dari sejumlah investor. Tahap awal, diungkap COO Qiscus Muhammad MD Rahim, berkisar di angka US$ 100 ribu. Itu terjadi pada 2014.
Untuk tahap pra-seri A, Muhammad merahasiakannya. Ia pun tidak mengungkap siapa saja investornya. Yang pasti, pihak investor berasal dari Indonesia.
"Target kami untuk bisa kembali menggalang pendanaan seri A pada 2018," kata Muhammad.
Qiscus kini memiliki kantor pusat di Jakarta dan Singapura. Jumlah karyawannya pun kini bertambah hingga 35 orang.
Terkait penempatan, karyawan developer seluruhnya ada di Yogyakarta. Dan sekarang, Qiscus berfokus mengembangkan ekspansi kemitraan dengan sejumlah perusahaan yang ada di negara di luar Indonesia, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Afrika Selatan.
Baca Juga
(Jek/Isk)
Tonton Video Menarik Berikut Ini:
Advertisement