Liputan6.com, Jakarta - Satya Nadella mengakui menentang rencana pembelian divisi ponsel Nokia yang dilakukan mantan CEO Microsoft sebelumnya, Steve Ballmer. Sayangnya, ia tidak berhasil membatalkan niat Ballmer tersebut.
Hal ini diungkapkan Nadella dalam buku barunya, Hit Refresh. Dalam buku itu diceritakan, Ballmer membuat jajak pendapat informal di kalangan para eksekutif senior tentang rencana pembelian divisi ponsel Nokia. Pertimbangan Ballmer adalah tanpa Nokia, sistem operasi Windows Phone akan berjuang dan tidak akan pernah bisa bersaing dengan iPhone dan Android, yang kala itu mendominasi. Microsoft mengakuisisi divisi ponsel Nokia pada 2013.
Nadella yang saat itu termasuk dalam jajaran top eksekutif, tidak setuju dengan rencana tersebut. "Sudah terlambat untuk mendapatkan kembali yang telah hilang. Kami mengejar lampu belakang para kompetitor kami," tulis Nadella dalam buku tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Ketidaksetujuan Nadella pertama kali dilaporkan Bloomberg pada 2014, tak lama setelah ia menjabat sebagai CEO Microsoft. Namun, Nadella tidak pernah mengakui hal tersebut secara terbuka. Sejumlah eksekutif Microsoft lain juga sepakat dengan Nadella yang menentang pembelian Nokia, bahkan Bill Gates menyarankan Ballmer untuk tidak melakukannya.
Meski keputusannya ditentang, Ballmer mendapatkan apa yang ia inginkan. Microsoft mengakuisisi divisi ponsel Nokia pada 2013 senilai US$ 7,9 miliar. Namun, kekhawatiran Nadella terbukti, akuisisi tersebut menjadi kesalahan besar. Microsoft melakukan write-down untuk hampir seluruh harga pembelian dan merumahkan ribuan pekerja.
Akuisisi Nokia juga menjadi salah satu penyebab kepergian Ballmer. Microsoft menyelesaikan kesepakatan akuisisi sebulan setelah Ballmer mengatakan akan mengundurkan diri sebagai CEO. Menurut sejumlah laporan, perselisihan antara Ballmer dan Dewan Direksi Microsoft yang disebabkan akuisisi Nokia, membuatnya mengundurkan diri.
Pada awal 2014, Microsoft menunjuk Nadella sebagai CEO. Microsoft sempat merilis satu flagship baru Windows Phone, Lumia 950, tapi tak lama kemudian Nadella mulai melepaskan bisnis smartphone perusahaan.
Ketimbang fokus pada ponsel, Microsoft di bawah Nadella, berkonsentrasi membuat banyak aplikasi dan layanan untuk iPhone, iPad dan perangkat Android. Microsoft, kata Nadella, seharusnya fokus pada ruang mobile dengan keunggulan yang unik.
Secara keseluruhan, hal paling yang membuatnya menyesal soal akuisisi Nokia adalah pemutusan hubungan kerja (PHK). "Apa yang paling saya sesali adalah dampak PHK pada orang-orang sangat berbakat dan bersemangat di divisi ponsel kami," tutur Nadella.
(Din/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: