Liputan6.com, Espoo, Finlandia - Rovio, studio pengembang gim mobile fenomenal Angry Birds, baru saja melakukan penawaran saham perdana publik (IPO, Initial Public Offering) pada akhir September 2017. Penawaran saham dilakukan di bursa Nasdaq, Helsinki, Finlandia pada Jumat (29/9/2017).
Saat melakukan IPO, saham Rovio bernilai 11,5 euro. Dan setelah melakukan proses IPO, barulah pengembang game tersebut berhasil mengumpulkan 30 juta euro atau setara dengan Rp 477 miliar.
Dengan begitu, valuasi Rovio saat ini senilai US$ 1 miliar (Rp 13 triliun). Nilai itu diketahui merupakan setengah dari target Rovio, yakni US$ 2 miliar (Rp 27 triliun).
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya, sebagaimana dilansir Tech Crunch pada Senin (2/10/2017), Rovio juga berhasil mengumpulkan pendanaan dengan nilai US$ 42 juta dari beberapa perusahaan, mulai dari Accel, Atomico, Felicis Ventures, dan masih banyak lagi.
Salah satu produk Rovio yang sukses di pasaran tak lain adalah Angry Birds. Dirilis pada 2009, game ber-genre slingshot tersebut telah diunduh sebanyak 3,7 miliar kali. Bahkan, popularitas Angry Birds sampai diadaptasi ke film layar lebar berjudul "The Angry Birds Movie".
Rovio berhasil mengantongi pendapatan sebesar 153 juta euro atau Rp 2,4 triliun pada pertengahan 2017. Pendapatan ini diklaim naik dua kali lipat dibanding 2016. Sementara, keuntungan Rovio juga meningkat empat kali lipat menjadi 42 juta euro atau Rp 668 miliar.
Meski sukses melepas saham ke publik, nasib Rovio masih belum jelas. Sebab, ada beberapa pengembang gim lain seperti Zynga dan King, yang malah terpuruk sesaat setelah mereka menjual sahamnya ke publik.
Cuma Punya 400 Karyawan
Rovio sebetulnya tengah merampingkan struktur perusahaan. Dalam dua tahun terakhir, mereka telah merumahkan ratusan karyawan. Di tahun ini, pengembang yang bermarkas di Espoo, Finlandia itu merumahkan 10 persen karyawannya atau sekitar 35 orang.
Dilansir dari The Wall Street Journal via Business Insider, Kaisu Karvala, juru bicara Rovio mengatakan karyawan yang dirumahkan berasal dari divisi animasi, manajerial, dan support function. "Karyawan yang bekerja di divisi gim mobile tidak dipangkas," kata Karvala.
Tidak jelas apa alasan Rovio kembali merumahkan karyawannya. Yang pasti, Rovio kini hanya memiliki 400 karyawan. Sebelumnya pada 2015, Rovio merumahkan 260 karyawan, atau sekitar 30 persen dari total jumlah seluruh karyawan yang mereka miliki saat itu.
Waktu itu, Rovio menjelaskan langkah tersebut merupakan bagian dari restrukturisasi dan konsentrasi pada inti bisnis perusahaan, yakni gim, media, dan produk konsumen.
CEO Rovio, Pekka Rantala berujar, perubahan mendasar diperlukan untuk memastikan Rovio menjadi perusahaan hiburan terkemuka dengan gim mobile sebagai lini bisnis utamanya.
Sementara sebelumnya, pada Oktober 2014, Rovio juga sudah merumahkan 130 karyawan akibat pertumbuhan perusahaan yang lambat, serta pendapatan yang menurun.
Adapun, Rovio naik daun pada 2009 ketika gim besutannya, Angry Birds, sukses di pasaran. Berkat kesuksesan Angry Birds, Rovio mulai memperluas Angry Birds dengan bisnis merchandise, serta beberapa gim spin-off.
Meskipun telah mencapai 50 juta unduhan, gim Angry Birds 2 yang dirilis masih belum mampu mengembalikan neraca keuangan Rovio.
(Jek/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement