Sukses

Ketika Teknologi Berbicara dengan Manusia

Google terus menciptakan teknologi yang dapat membantu pengguna dengan cara menyenangkan, yaitu memberi Google Assistant sebuah identitas.

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi telah menjadi "asisten pribadi" yang membantu mengatur kesibukan sehari-hari. Mulai dari menemani kamu menjalani keseharian hingga menemukan informasi yang memudahkan rutinitas.

Google Assistant adalah sebuah percakapan yang terjadi antara pengguna dan Google yang dapat membantu aktivitas dengan lancar saat di rumah atau di mana pun kamu berada.

Dengan Google Assistant, kamu dapat bertanya banyak hal dan menyaksikan bagaimana teknologi ini dapat membuat hidup menjadi lebih mudah. Teknologi berbasis suara ini dapat digunakan di smartphone Android, aplikasi chatting Allo, dan speaker pintar Google Home.

Google terus menciptakan teknologi yang dapat membantu pengguna dengan cara menyenangkan, yaitu memberi Google Assistant sebuah identitas sehingga teknologi ini menjadi semakin mudah diakses dan relevan untuk pengguna.

"Tim personality untuk Google Assistant adalah tokoh-tokoh yang berasal dari Pixar, the Onion, dan Nintendo. Kami telah melakukan penelitian mengenai kepribadian dan AI space serta memikirkan bagaimana kepribadian Google harus terwujud di Google Assistant,” kata Ryan Germick, Principal Designer Google melalui karya tulisnya berjudul "Menilik Kilas Balik Transformasi Asisten Virtual: Google Ingin Berikan Asisten Anda Sebuah Kepribadian".

"Kami meyakini Google Assistant merefleksikan nilai dan semangat dari Google yang dapat membantu, humble, dan sedikit jenaka," sambungnya.

Ryan mengaku telah bekerja bersama Google selama 10 tahun, dan selama waktu berjalan ia dengan timnya terus berusaha untuk membuat Google menjadi lebih mudah diakses pengguna.

Ia menyebut, Google telah bekerja mengubah Assistant menjadi sebuah asisten atau penolong digital untuk membuatnya berbicara dengan manusia tanpa berpura-pura menjadi manusia, selalu hadir untuk membantu, dan menjadi semakin pintar.

"Ketika bertanya kepada Assistant 'apakah akan menakutkan pada saat gelap? Assistant tidak akan merespons dengan sebuah jawaban yang merujuk pada nuansa rasa takut. Ia akan menjawab seperti, 'aku suka saat gelap karena saat itulah bintang akan bermunculan. Tanpa adanya bintang, kita tidak akan bisa mempelajari planet dan rasi bintang'," ujar Ryan menjelaskan.

Hal ini juga kerap melibatkan analisis subteks mengapa seseorang melontarkan pertanyaan spesifik di awal. Ketika ada pertanyaan "maukah kamu menjadi pasanganku?", Assistant tidak memberi jawaban langsung, tapi "mengelak" dengan jawaban yang menggambarkan Assistant senang pemiliknya sedang mencari komitmen lebih.

"Seperti inilah kepribadian yang terefleksi oleh Google Asisstant. Google Assistant melakukan percakapan senatural mungkin tanpa berpura-pura menjadi sesuatu yang tidak pengguna sukai," pungkas Ryan.

(Isk/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut: