Sukses

Inikah Wilayah Layak Huni Manusia di Bulan?

Badan Antariksa Jepang, menginisiasi program ekspedisi Bulan dengan meneliti salah satu wilayah yang diduga layak huni bagi manusia.

Liputan6.com, California - Studi ilmiah terbaru mengungkap ada wilayah yang layak dihuni manusia di Bulan. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Geophysical Research Letters tersebut mengungkap, wilayah yang dimaksud adalah Marius Hills, yakni lubang dengan bentuk tabung besar yang dikelilingi dengan lahar panas.

Lantas, jika laharnya panas, mengapa studi mengklaim wilayah tersebut aman?

Menurut informasi yang dilansir Phys, Rabu (25/10/2017), lahar yang ada di Bulan terbentuk secara keras menjadi bebatuan dan terus menebal. Material yang membentuk lahar ini diklaim aman dari suhu dan iklim ekstrem, radiasi, dan dampak meteorit yang ada di Bulan.

"Sangat penting bagi kami untuk mengetahui karakteristik material lahar Bulan. Karena jika benar aman, wilayah tabung tersebut layak dihuni manusia. Tak menutup kemungkinan jika nanti akan dibangun stasiun markas bulan," ujar ilmuwan senior JAXA (Badan Antariksa Jepang) Junichi Haruyama.

Saat ini, JAXA tengah menganalisis data karakteristik lahar bulan dari pesawat luar angkasa SELENE dengan mengambil sampel batu lahar yang mengering di dekat Marius Hills. Nanti, batu tersebut akan dikirim ke Bumi untuk dipelajari lebih lanjut.

Berbagai kalangan ilmuwan--tak cuma JAXA--memang tengah meneliti soal kelayakan huni Bulan. Sebelumnya, ESA (Badan Antariksa Eropa) menyebut Bulan akan baru bisa dihuni secara permanen sekitar 100 tahun lagi.

Konsep hunian di Bulan ini dicetuskan oleh pimpinan peneliti ESA untuk Bulan, Bernard Foing. Ia sendiri juga telah mematangkan konsep tersebut dengan 'kota' kecil yang disebut Moon Village.

"Yang pertama tinggal di Bulan akan memulai kolonisasi pertama dengan baik. Mereka bisa hidup bersama keluarga dan anak-anak, serta bercocok tanam bahan batu yang bisa ditumbuhkan di sana," ujar Foing.

Walau manusia nanti baru benar-benar tinggal di Bulan pada 2040, bukan berarti mereka bisa berdiam diri dan menunggu waktu tiba.

Dijelaskan Foing lebih lanjut, pada 2030 nanti ESA justru akan mengirim 10 orang yang terdiri dari ilmuwan, teknisi dan insinyur untuk pergi lebih dulu ke Bulan. "Nanti baru di 2040 bertambah hingga 100 orang," imbuhnya.

"Dan di 2050, koloni akan berkembang hingga ribuan orang, dan secara alamiah manusia di sana akan memiliki keturunan," tuturnya menambahkan.

Bagaimanapun, mengirim manusia dan peralatannya ke Bulan bukanlah perkara mudah. Sebab, butuh biaya besar dan konsekuensi berbahaya untuk bisa menghidupkan orang-orang di sana.

Karena itu, para ilmuwan percaya, untuk bisa merealisasikan hal tersebut perusahaan aeronautika seperti ESA, NASA, JAXA, SpaceX, dan Blue Origin, bisa bekerjasama dengan pemerintah untuk mematangkan konsep ini.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: