Sukses

Redam Kasus WhatsApp, Indonesia Harus Perbanyak Aplikasi Lokal

Salah satu cara agar Indonesia bisa lebih optimal mencegah konten-konten negatif di aplikasi chatting yaitu dengan memperbanyak aplikasi

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu cara agar Indonesia bisa lebih optimal mencegah konten-konten negatif, termasuk pornografi, di aplikasi chat seperti WhatsApp yaitu dengan memperbanyak aplikasi buatan lokal. Semakin banyak aplikasi lokal bisa membuat pemerintah memiliki daya tawar ketika ada kasus terkait layanan asing.

Diungkapkan pakar keamanan siber, Pratama Persadha, kasus konten pornografi di aplikasi WhatsApp seharusnya menjadi titik balik bagi pemerintah agar berusaha lebih keras untuk mulai mandiri secara teknologi. Oleh karena itu, ia mengimbau pemerintah dapat memberikan dukungan yang maksimal agar banyak aplikasi bisa dibuat oleh masyarakat dan di Indonesia.

"Kita harus mulai mandiri secara teknologi. Sekarang kita belum ada bargaining power (daya tawar) karena tidak ada aplikasi alternatif (terkait kasus WhatsApp)," kata Pratama saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Selasa (7/11/2017).

Pratama menilai Indonesia memiliki banyak potensi hebat yang bisa membuat berbagai aplikasi. Ia berharap pemerintah tidak hanya memberikan dukungan moral, tapi juga secara materiel.

"Pemerintah harus memanfaatkan potensi-potensi tersebut. Jangan sampai bakat-bakat hebat itu lari ke luar negeri karena tidak adanya dukungan di dalam negeri. Karena selain dukungan (moral), pemerintah juga harus memberikan dukungan secara finansial dan untuk hal ini bisa bekerjasama dengan pihak swasta, tapi inisiasinya harus dari pemerintah," jelas Pratama.

Dijelaskan Pratama, aplikasi-aplikasi lokal akan membutuhkan dukungan finansial yang besar seiring dengan pertumbuhan penggunanya. Saat itu lah, dukungan dari pemerintah dan pihak swasta akan sangat dibutuhkan.

"Ketika penggunanya semakin banyak, maka infrastruktur yang dibutuhkan juga semakin besar karena mereka akan butuh lebih banyak hal termasuk server. Nah, pemerintah bisa menyediakan anggaran untuk hal itu, bisa juga kerjasama dengan swasta," tuturnya.

 

2 dari 2 halaman

Konten pornografi di WhatsApp

Beberapa hari terakhir, isu soal konten pornografi di WhatsApp menyita perhatian banyak pihak termasuk pemerintah. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) melalui Internet Service Provider (ISP) menyatakan telah memblokir Tenor selaku penyedia konten GIF pada WhatsApp.

Menurut Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan, pemblokiran Tenor dilakukan Senin pagi, 6 November 2017. "Per tadi pagi kami sudah melakukan pemblokiran. Kami kirim pemberitahuan ke ISP untuk memblokir enam Domain Name System (DNS) Tenor," tutur pria yang biasa disapa Semmy ini di Kantor Kemkominfo, Jakarta, Senin (6/11/2017).

Adapun keenam DNS Tenor yang telah diblokir adalah tenor.com, api.tenor.com, blog.tenor.com, qa.tenor.com, media.tenor.com, dan media1.tenor.com. Meski begitu, menurut Semmy, saat ini GIF yang ada di WhatsApp masih bisa diakses lantaran aplikasinya sudah terkoneksi dengan IP WhatsApp.

"Harus ada koordinasi antara WhatsApp dengan Tenor agar (GIF pornografi) bisa dihilangkan penuh dari WhatsApp," ungkapnya.

Selain Tenor, WhatsApp juga bekerjasama dengan GIPHY. Namun, GIPHY dinilai kooperatif dan siap membantu mengikuti regulasi di Indonesia.

Kemkominfo telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada WhatsApp agar berkoordinasi dengan Tenor terkait konten pornografi yang ada di platform-nya. "WhatsApp enggak boleh lepas tangan karena ini ada di platform-nya. WhatsApp harus tegur karena mendapat notice dari pemerintah Indonesia. Kalau tidak, kita terpaksa men-Telegram-kam (blokir) WhatsApp. Kalau tidak ada tanggapan serius dari pihak WhatsApp," tegas Semmy.

(Din/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: