Sukses

Sambut Teknologi 5G, Indonesia Butuh Banyak Tenaga Ahli

Menurut Qualcomm, Indonesia masih membutuhkan lebih banyak insinyur untuk mengembangkan teknologi 5G.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa tahun ke depan, teknologi 5G diperkirakan akan mulai meluncur secara global. Namun adopsi teknologi itu akan kemungkinan besar berbeda di tiap negara, termasuk Indonesia.

Kendati demikian, Senior Vice President Government Affairs Qualcomm Susie Armstrong menyarankan agar Indonesia mulai bersiap menyongsong kehadiran teknologi anyar ini. Terlebih, 5G akan menjadi salah satu faktor pendukung penerapan Internet of Things (IoT).

"IoT membutuhkan 5G dan untuk menjalankan teknologi anyar itu (5G) sebenarnya tak membutuhkan alat yang canggih," tuturnya usai ditemui dari acara seminar yang diselenggarkan Qualcomm di Jakarta, Kamis (9/11/2017).

Salah satu persiapan yang perlu dilakukan Indonesia adalah para tenaga ahli. Menurut Armstrong, negara ini masih membutuhkan lebih banyak insinyur untuk mengembangkan teknologi 5G.

"Namun masalah ini sebenarnya tak hanya dihadapi Indonesia. Negara Amerika Serikat sekali pun sebenarnya mengalami hal yang sama," ujarnya. Kondisi itu tak lepas dari pelajar yang lebih memilih jurusan lain ketimbang teknik.

Insinyur wanita kenamaan ini menyebut, hal itu tak lepas dari paradigma yang menyebut para pelajar teknik dipenuhi orang-orang aneh (nerd). Faktor lain yang juga berpengaruh adalah absennya role model seorang insinyur di publik.

"Tidak adanya role model insinyur yang ada di televisi membuat keadaan ini kian parah. Lebih banyak anak-anak tertarik pada profesi yang dapat mereka lihat langsung, seperti pebisnis, dokter, atau pemadam kebakaran," ujarnya.

 

2 dari 2 halaman

Langkah Qualcomm Kembangkan Talenta di Bidang Teknologi

Qualcomm sendiri tak tinggal diam menghadapi kondisi tersebut. Perusahaan asal Amerika Serikat ini membuat sebuah program bernama Thinkbit Labs, yang ditujukan agar anak-anak tertarik melirik profesi insinyur.

"Melalui Thibkbit Labs, kami ingin memperkenalkan anak-anak pada teknologi, utamanya 5G dan IoT secara gratis. Harapannya, mereka tertarik menjadi seorang insinyur," ujar wanita yang sudah lama berkecimpung di dunia teknologi ini.

Sekadar informasi, Thinkabit Lab merupakan kombinasi antara kelas dan ruang praktikum yang dibuat untuk menginspirasi anak-anak dari beragam latar belakang dan ekonomi untuk mempelajari teknologi.

Dalam program ini, anak-anak tersebut akan belajar dengan pendakatan yang unik agar semakin terbuka pada pendidikan di bidang teknologi. Mereka akan bekerja sama dengan para pengajar untuk melakukan beragam kegiatan rekayasa teknologi berbasis kasus.

Qualcomm bekerja sama dengan sejumlah institusi pendidikan seperti universitas untuk menjalankan program yang sudah berjalan selama beberapa tahun ini.

(Dam/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: