Liputan6.com, Cengkareng - Meski saat ini sejumlah vendor smartphone gencar melakukan penjualan online, penjualan offline tetap "seksi" di mata sejumlah pebisnis. Mereka bahkan melirik street market sebagai gaya baru berjualan smartphone.
Karakter street market yang berlokasi di Cengkareng ini pun sederhana, berada di tengah permukiman yang padat penduduk dan di kawasan perukoan. Lalu, jauh dari lokasi pusat perbelanjaan.Â
Advertisement
Baca Juga
Hal ini dinilai sebagai alternatif bagi penikmat telepon pintar awam yang belum melek pembelian online dan enggan berkunjung ke pusat perbelanjaan untuk sekadar berbelanja. Merek smartphone ternama seperti Samsung, Advan, Vivo, Huawei, dan Oppo siap bersaing memamerkan produk terbarunya.
"Ini seperti alternatif utama, berdasarkan survei masyarakat menengah ke bawah itu mayoritas berbelanja di street market, padahal mereka pegang handphone lebih dari satu," ujar Mr Kim, Business Development Ponsel Mart, Cengkareng, Jumat (10/11/2017) sore.
Menjual ponsel canggih yang lokasinya berdekatan dengan permukiman dan pasar tradisional, menurut Kim, sama saja memudahkan masyarakat yang ingin menambah koleksi ponselnya. Ditambah lagi, calon pembeli bisa diarahkan langsung oleh petugas toko terkait telepon pintar yang diinginkan.
"Pelayananya sama saja seperti di dalam mal, lebih pendekatan kepada masyarakat. Jadi mereka nyaman untuk belanja, sama saja seperti mau belanja ke pasar," tutur Kim.
Targetkan 50 Cabang
Tak tanggung-tanggung, hingga 2018, Kim menargetkan Ponsel Mart akan membuka 50 cabang. Sampai akhir 2017, target utama adalah wilayah Jabodetabek, baru berlanjut ke daerah lain di pulau Jawa.
Daerah padat penduduk, dengan kelas ekonomi menengah ke bawah, juga menjadi penilaian tersendiri untuk membuka cabang. Ponsel Mart juga mengincar kawasan kota pinggiran Jakarta, seperti Tangerang dan Bekasi.
"Kami enggak asal buka cabang seperti kompetitor lainnya, tapi lihat dulu karakter masyarakatnya," ujar Kim.
Menurut Kim, berdasarkan data yang ada hingga 2010, sebanyak 46 persen kelas menengah di Indonesia berada pada pasar pertumbuhan. Akan tetapi pada 2020, jumlah kelas menengah akan meningkat hingga hampir 70 persen dan mendekati 80 persen pada 2030.
(Pramita Tristiawati/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Advertisement