Liputan6.com, Jakarta - Pada hari ini, Senin (27/11/2017), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) resmi menginjak usia yang ke-54 tahun.
Badan Antariksa Indonesia ini didirikan pada 27 November 1963 atas arahan Presiden RI Soekarno dan dibentuk tim austronautika dengan anggota Perdana Menteri Ir. H. Juanda dan R.J. Salatun.
Kontribusi LAPAN pada bidang sains dan teknologi di Indonesia sendiri cukup besar. Seperti diketahui, LAPAN berfokus pada empat bidang utama yang menopang infrastruktur negara, di antaranya seperti penginderaan jauh, teknologi dirgantara, sains antariksa, dan kebijakan dirgantara.
Advertisement
Baca Juga
Pada usianya yang terbilang matang ini, Thomas Djamalludin selaku Kepala LAPAN, berharap LAPAN bisa menjadi institusi yang kelak bisa menyamai Badan Antariksa negara-negara maju, salah satunya seperti Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA.
"Semoga kita juga terus maju dengan dukungan publik dan kerjasama mitra nasional mau pun internasional," kata Thomas kepada Tekno Liputan6.com via pesan teks.
Dengan bertambahnya usia, LAPAN tentu memiliki beberapa misi penting yang kabarnya akan dilakukan dalam waktu dekat, salah satunya seperti pembangunan Bandar Antariksa di Tanah Air. Lantas, sejauh apa perkembangannya?
Diungkap Thomas, LAPAN memang tengah membangun Bandar Antariksa. Namun, ia berkata pembangunan ini termasuk ke dalam rencana jangka panjang LAPAN. "Kita mulai tahun ini dengan kajian dua lokasi," imbuhnya.
Sayang, Thomas tidak mengungkap kapan pembangunan Bandar Antariksa tersebut rampung. Namun, jika merujuk pada Rencana Induk Keantariksaan (Perpres 45/2017), Bandar Antariksa ditargetkan beroperasi sebelum 2040.
"Kita rencananya akan mengambil lokasi di Biaka tau Morotai. Akan ada banyak aktivitas yang dilakukan di sana,s salah satunya adalah peluncuran roket yang menempatkan satelit di orbitnya," tandas Thomas.
Bersifat Komersial
Tak cuma berfungsi untuk menunjang pengembangan program keantariksaan nasional, Thomas meyakini Bandar Antariksa berpotensi untuk dikomersialisasikan di kancah internasional.
Sebab, Bandar Antariksa LAPAN berlokasi di wilayah ekuator dan pastinya akan menjadi kawasan strategis bagi negara-negara maju untuk meluncurkan roket dan satelit.
"Kami sengaja pilih wilayah Timur karena tingkat kepadatan penduduk relatif lebih rendah dan memang berhadapan dengan Samudera Pasifik," tutur Thomas.
Namun kemungkinan besar, LAPAN akan memilih Biak. Sebab, jika dilihat dari sisi kesiapan infrastruktur, Biak justru lebih memadai. Hanya saja, wilayah tersebut penduduknya lebih banyak.
"Kalau mau di Biak, ya penduduknya harus direlokasi. Kalau di Morotai kan jarang, tapi ya infrastruktur penunjangnya masih sedikit," pungkasnya.
(Jek/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement