Sukses

Dokter Tak Sarankan Diagnosis Penyakit dari Internet, Kenapa?

Terlalu sering menentukan jenis penyakit dari internet ternyata bisa memicu kebiasaan "Cyberchondria". Apa itu?

Liputan6.com, London - Tim dokter dan peneliti Imperial College London, menyarankan agar masyarakat sebaiknya tidak sering mendiagnosis penyakit sendiri lewat internet. Ada beberapa pertimbangan serius yang harus diperhatikan jika hal ini kerap dilakukan.

Menurut riset Pew Research, 35 persen orang di Amerika Serikat (AS) menentukan jenis penyakitnya sendiri dari internet. Kebanyakan bersumber dari situs kesehatan seperti WebMD, Mayo Clinic, Everyday Health, dan masih banyak lagi.

Sementara, berdasarkan keterangan dokter yang dilansir Business Insider, Senin (4/12/2017), jika pengguna terlalu sering mendiagnosis jenis penyakit dari internet tanpa bantuan dokter, mereka akan terbiasa dengan cara yang 'tidak sehat' ini. Para dokter menyebut kebiasaan tersebut dengan istilah "Cyberchondria".

"Ketersediaan informasi yang ada di internet itu banyak sekali. Contoh, ketika ada orang sakit batuk, mereka akan cari dengan kata kunci 'batuk' di Google," tulis keterangan dokter Imperial College London.

"Hasilnya? mungkin ada lebih dari 50 pencarian soal informasi terkait penyakit batuk, mulai dari batuk yang terjadi saat demam hingga batuk yang terjadi akibat kanker esofagus. Mereka bisa saja mengambil asumsi sendiri dari sumber yang ada di internet," lanjutnya.

Tulisan tersebut menambahkan, dengan banyaknya informasi yang tersebar di internet, bisa saja tidak akurat dengan jenis penyakit yang sebenarnya dialami si pasien.

Akibatnya, pasien akan khawatir. Kekhawatiran inilah yang memicu penyakit baru. Padahal sakitnya cuma demam biasa, tetapi setelah mengecek internet, mereka berpikir demam itu terjadi akibat penyakit lain.

2 dari 2 halaman

Apa itu Cyberchondria?

Secara definisi, Cyberchondria mirip dengan Hypochondria, yakni sebuah kondisi di mana pasien yang sebetulnya sehat walafiat, tetapi mereka bersikeras mengaku sakit.

Hal ini disebabkan oleh stimulasi pikiran negatif yang mendorong otak mereka untuk berpikir bahwa mereka sakit. Padahal kenyataannya, si pasien tidak sakit apa-apa.

Begitu pun dengan Cyberchondria. Bedanya, kondisi ini terjadi jika si pasien browsing terlalu lama dan mencari banyak informasi yang belum tentu benar dengan penyakit yang dialami. Akibatnya, perasaan khawatir dan pikiran terlalu berlebihan memicu kondisi psikologis mereka dan malah menjadi sakit.

Para dokter memang tidak melarang pasiennya untuk mencari informasi seputar penyakit di internet. Akan tetapi, mereka menegaskan, jangan mendiagnosa diri sendiri dari sumber yang didapat di internet.

"Internet cuma untuk membantu saja, cari informasi seputar penyakit, tips, dan upaya untuk menguranginya. Untuk urusan diagnosis, pergilah ke dokter. Itu lebih baik dan cara yang sudah paling benar," pungkas tim dokter tersebut.

(Jek/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: