Liputan6.com, Jakarta - Earphone nirkabel (wireless) diprediksi menjadi salah satu perangkat yang populer di 2018. Diungkapkan oleh Head of Ericsson Consumer Lab South East Asia, Oceania dan India Afrizal Abdul Rahim, prediksi ini seiring dengan banyaknya vendor smartphone yang mulai menghilangkan audio jack.
Menurut Afrizal, saat ini orang masih banyak yang menggunakan earphone. Namun, seiring dengan tren smartphone tanpa audio jack, bukan tidak mungkin konsumen lambat laun akan menggunakan earphone nirkabel.
Baca Juga
Berdasarkan hasil prediksi tren teknologi konsumen pada 2018 yang dirilis Ericsson, Senin (18/12/2017), salah satu tren yang diharapkan konsumen adalah adanya perangkat augmented hearing.
Advertisement
"Di masa depan, konsumen diprediksi menggunakan earphone nirkabel setiap harinya, bahkan saat tidur mereka tetap memakainya," kata Afrizal.
Lebih lanjut, ia menambahkan, sebanyak 52 persen konsumen menginginkan perangkat earphone yang mampu melindungi telinga mereka dari dengkuran anggota keluarga saat tidur.
"Sementara, 63 persen konsumen ingin earphone yang mampu menerjemahkan bahasa secara real-time. Misalnya, saat saya sedang bicara bahasa Inggris, Anda bisa langsung mendengarnya dalam bahasa Indonesia. Lalu Anda bisa mengajukan pertanyaan dalam bahasa Indonesia dan diteruskan kepada saya dengan earphone menjadi bahasa Inggris," tuturnya.
Selain augmented hearing, Ericsson juga mengumumkan 10 tren konsumen di 2018, antara lain adalah adalah tubuh menjadi user interface.
"Lebih dari separuh pengguna asisten suara pintar percaya, kita akan menggunakan bahasa tubuh, ekspresi, perintah suara, dan sentuhan untuk berinteraksi dengan perangkat. Bahkan, 2 dari 3 orang di antaranya percaya hal ini akan terjadi dalam waktu 3 tahun mendatang," kata Afrizal.
Iklan Virtual Reality
Afrizal juga menjelaskan, kemajuan teknologi internet yang lebih cepat memungkinkan influencer menyiarkan konten mereka di media sosial.
Tak hanya itu, perkembangan teknologi memungkinkan iklan secara tepat menyasar penggunanya. Terlebih, penggunaan virtual reality memungkinkan iklan menjadi lebih realistis hingga akhirnya menggantikan produk itu sendiri.
Konsumen juga berpikir berkembangnya teknologi akan membuat mereka sulit membedakan komunikasi antara manusia dan mesin (chatbot). Namun dengan berkembangnya teknologi kecerdasan buatan, sebanyak 40 persen konsumen justru takut perangkatnya mampu membaca mood mereka.
Ada pula ketakutan tentang penggunaan robot yang bakal menggantikan pekerjaan manusia. "Namun di sisi lain, 40 persen konsumen menginginkan robot agar membantu pekerjaannya sehingga mereka akan memiliki lebih banyak waktu luang," kata Afrizal.
Advertisement
e-Commerce dan Drone
Afrizal juga memaparkan tren lain. Menurutnya di masa depan teknologi virtual reality akan memungkinkan penggunanya berjalan-jalan pada foto-foto mereka sehingga mampu membangkitkan memori di masa lalu.
Teknologi drone, menjadi prediksi Ericsson selanjutnya. "Konsumen mengharapkan pengiriman barang dari e-Commerce bisa melalui drone. Namun ada ketakutan juga, drone mungkin jatuh menimpa kepala mereka," ujarnya.
Terakhir, konsumen menginginkan baterai perangkat yang lebih tahan lama. "Sebanyak 80 persen konsumen percaya 5 tahun lagi akan ada baterai tahan lama yang mengakhiri masalah pengisian daya," ucapnya.
Kendati begitu, Afrizal menegaskan, agar berbagai prediksi tren ini terwujud, diperlukan pembaruan teknologi yang besar. Misalnya perangkat mampu menyampaikan data interaksi berbasis cloud, Internet of Things (IoT) yang terhubung perangkat, dan ketersediaan jaringan cepat.
(Tin/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: