Sukses

Selfitis, 'Penyakit' Kronis Si Pencandu Selfie

Ternyata, para peneliti mengamati orang yang doyan selfie mengalami gangguan mental. Bahkan mereka mengaku ada penyakitnya, yakni Selfitis.

Liputan6.com, Nottingham - Kamu doyan selfie? Ayo ngaku, berapa banyak foto selfie yang kamu ambil dalam sehari? Satu, lima, sepuluh? Jika banyak atau lebih dari sepuluh, kamu berarti punya gangguan kesehatan mental.

Ya, tanda-tanda kelainan psikologis yang dimaksud ini dijelaskan oleh para peneliti dari Nottingham Trent University, Inggris dan Thiagarajar School of Management, India.

Menurut penelitian mereka, orang yang memiliki kecanduan mengambil foto selfie setiap hari memiliki gangguan kesehatan mental, yakni 'penyakit' yang disebut dengan nama "Selfitis".

"Ya ini jenis penyakit baru. Penyakit mental. Selfitis adalah kondisi kelainan mental di mana seorang manusia mengalami ketergantungan berfoto selfie dan selalu mengunggahnya ke media sosial. Tak cuma setiap hari, tapi foto selfie yang diunggah bisa setiap jam," ujar tim peneliti sebagaimana dilansir The Sun, Rabu (20/12/2017).

Adapun peneliti menemukan enam faktor utama yang memicu Selfitis. Pertama, penderita Selfitis kerap berfoto selfie untuk meningkatkan rasa percaya diri.

Kedua ingin mencari perhatian di internet, ketiga ingin memperbaiki mood-nya. "Kebanyakan merasa puas setelah melihat hasil foto selfie mereka, mood mereka biasanya membaik," lanjut tim peneliti.

Keempat, penderita ingin mencetak 'kenangan' dari foto selfie yang diambil. Hal tersebut dilakukan supaya mereka ingat foto mereka waktu muda di saat mereka sudah beranjak tua nanti.

"Kelima, mereka ingin menyampaikan 'komunikasi' dengan cara ber-selfie, dan ingin menjadi kompetitif di circle sosial mereka," tambah peneliti.

 

2 dari 3 halaman

Tanda-Tanda Psikopat?

Mark Griffiths, profesor Nottingham Trent University, mengungkap bahwa Selfitis bahkan diakui oleh American Psychiatric Association sebagai jenis gangguan mental.

"Kabar ini sempat diungkap sebagai hoax, cuma harus diakui bahwa Selfitis itu benar-benar ada," kata profesor Griffiths.

Sebelumnya, studi dari Ohio State University, Amerika Serikat, juga mengungkap kecanduan foto selfie merupakan tanda-tanda psikopat.

Para peneliti menyebutkan bahwa penggila foto selfie justru cenderung anti-sosial dan kurang memiliki rasa empati.

Menariknya lagi, hasil tersebut juga menyatakan kecenderungan melakukan posting foto selfie terbukti banyak dilakukan pria yang aktif di media sosial.

Tingkat anti-sosial dan kurang empati yang ada di para pecandu selfie itu masuk dalam kategori psikopat. Meski begitu, psikopat yang dimaksud para peneliti bukanlah psikopat yang mengarah pada pembunuhan atau tindakan sadis seperti yang biasa ditampilkan dalam tayangan film.

 

3 dari 3 halaman

Pria Lebih Narsis

Penelitian soal dampak kecanduan foto selfie terhadap psikologi itu dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Ohio State University, Amerika Serikat.

Penelitian melibatkan 800 pria berusia antara 18-40 tahun yang mengisi survei pada output media sosial dan kuesioner psikologis untuk membangun ciri-ciri kepribadian.

"Tidak mengherankan banyak pria yang posting foto selfie dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengedit hasil fotonya agar terlihat lebih narsis," kata Jesse Fox, Asisten Profesor Komunikasi yang juga termasuk ke dalam tim inti penelitian.

Lebih lanjut, Fox juga menjelaskan kecenderungan pria yang lebih suka posting foto selfie bisa dianggap lebih psikopat daripada yang mengedit fotonya sebelum di-post.

"Psikopat ditandai dengan karakteristik impulsif. Mereka akan mengambil foto dan segera menempatkannya secara online. Mereka ingin melihat dirinya sendiri tanpa menghabiskan waktu untuk mengubah fotonya," ungkap Fox lagi.

Hasil penelitian itu juga menyebutkan bahwa sifat ini akan menyebabkan permasalahan lebih lanjut. Para peneliti menyarankan untuk mengobati kecanduan selfie sebelum berdampak lebih buruk.

"Kita tahu bahwa objektifikasi diri dapat menyebabkan hal-hal buruk, seperti depresi dan gangguan nafsu makan pada wanita," demikian isi kesimpulan dalam laporan penelitian tersebut.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: